Penulis: Moch. Bambang Agisna
Kesenian Reak merupakan salah satu jenis kesenian helaran yang memadukan beberapa jenis kesenian tradisional lainnya seperti seni reog, seni angklung, seni gendang pencak, seni tari dan seni topeng. Biasanya, kesenian ini dimainkan oleh kalangan dewasa hingga tua. Kesenian Reak memadukan berbagai jenis kesenian yang menghasilkan suatu bentuk kesenian yang ramai, membuat hiruk pikuk, sorak-sorai para penonton menjadi bagian dari pertunjukan Seni Reak ini. Karena hiruk-pikuk dan sorak-sorai dari pemain dan penontonlah kesenian ini dinamakan kesenian Reak yang diambil dari kata hiruk-pikuk atau sorak-sorai dari gemuruh tetabuhan dalam bahasa Sunda yaitu ‘susurakan atau eak-eakan’.
Ciri khas dari Kesenian Reak ini adalah untuk menciptakan suasana keramaian. Oleh karena itu, jumlah pemainnya minimal 20 orang sampai 30 orang. Yang terdiri atas: 4 orang pemegang alat reog, 4 orang penggendang pencak, 4 orang pengangklung, 2 orang penari topeng, 6 orang penari, dan 4 orang pengecrek. Adapun busana yang dikenakan mengenakan pakain yang seragam.
Kesenian Reak diadakan saat acara adat sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat yang diberikan dengan panen yang melimpah. Seiring berjalannya waktu, kesenian Reak ditampilkan dalam sejumlah hajatan. Salah satunya saat acara Khitanan, Reak menjadi pengiring atau pengarak anak khitanan mengelilingi kampung menggunakan jampana atau kursi yang bisa digotong. Usai diarak, ketika sampai di rumah anak khitanan kesenian reak ini dimainkan sebagai hiburan masyarakat sekitar. Selain sebagai bentuk arak-arakan, kesenian Reak juga merupakan hiburan yang berhubungan dengan dua alam. Itu terlihat saat beberapa penari kerasukan atau dalam keadaan tidak sadar.
Dalam prosesnya kesenian Reak dimulai dengan melakukan ritual seorang pemimpin rombongan atau disebut Malim yang membacakan doa sebagai bentuk permintaan izin kepada Tuhan. Sang Malim biasanya melakukan ritual tertentu, yang terdiri dari mujasmedi yakni berdo’a kepada hyang widi, sambil membacakan doa-doa tertentu yang umumnya terdiri dari mantera-matera, dengan membakar atau ngukus kemenyan. Hal ini bertujuan untuk meminta keselamatan selama proses Kesenian Reak berlangsung.
Seiring perkembangngannya adapula inovasi lain dalam menampilkan kesenian Reak yaitu dengan menampilkannya di lapangan terbuka yang disubut dengan Dog-cing (dog-dog cicing) yang artinya bediam di tempat tanpa diarak berkeliling.
Sementara itu alat atau waditra yang digunakan saat Kesenian Reak meliputi:
Dogdog dibuat dari kayu dan kulit
Angklung dari bambu
Gendang terbuat dari kayu dan kulit
Gong terbuat dari besi atau perunggu
Terompet dari kayu dan tempurung
Topeng terbuat dari kayu dan karung goni
Suara instrumen yang berirama mistis dan nyanyian para sinden sangat nyaring hingga dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. Sinden, yang umumnya terdiri dari dua atau tiga orang yang melantunkan beberapa nyanyian sunda secara bergantian, terutama nyanyian yang biasa dilantunkan dalam tari jaipongan. Selain itu nyanyian mereka juga diselingi dengan beberapa nyanyian kontemporer seperti dangdutan.
Dengan tarian khas Kesenian Reak, topeng bangbarongannya sesekali terdapat orang yang ektase atau melebur antara dirinya dengan jiwa atau ruh reak sendiri. Para pemain Reak umumnya dalam keadaan tidak sadar karena disebabkan oleh suara mistis dari bunyi-bunyian instrumen dan penghayatan terhadap tari-tari atau gerakan-gerakan tertentu yang dimainkan.
Adapun nilai-nilai hidup dalam kesenian reak adalah sebagai berikut :
Nilai kerjasama terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya para pendahulunya.
Nilai kekompakan dan ketertiban tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar.
Nilai kerja keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan dan teknik pemukulan perangkat reak.
Nilai kreativitas tercermin dari adanya usaha untuk menampilkan gerak yang bisa membuat penonton terpingkal-pingkal.
Nilai kesadaran tercermin dari pengakuan bahwa manusia tidak lepas dari kekhilafan sebagaimana yang disampaikan ketua Reak dalam sambutan pembukaan dan penutupan.
Dengan demikin kesenian reak merupakan suatu kesenian yang menyimbolkan pertarungan antara kebaikan dan keburukan, serta menyampaikan pesan budaya dari kalangan tua terhadap kalangan muda, menjadi media pendidikan budaya untuk penanaman nilai-nilai dari kalangan tua terhadap kalangan muda. Berbagai instrumen dan komposisi Reak menyimbolkan tentang pertarungan nilai-nilai kebaikan dan keburukan melalui tradisi ini. Sehingga penanaman nilai-nilai kebaikan tersebut perlu dijaga dan disampaikan secara nyata maupun secara tertulis.
Akan tetapi adanya indikasi ancaman tergerusnya dan menghilangnya kebudayaan kesenian Reak, seperti apresiasi masyarakat khususnya generasi muda terhadap kesenian reak cukup minim dan enggan terlibat langsung dalam upaya pelestrian Kesenian Reak. Disamping itu adanya pro dan kontra dikalangan masyarakat. Ada Sebagian masyarakat yang pro terhadap pelestarian Kesenian Reak. Sementara yang kontra tidak mendukung karena berfikir bahwa seni tradisi ini mengandung unsur magis dan dianggap musyrik.