Siaranindonesia.com – Kalau kita mau bersyukur, apapun yang kita alami, penderitaan seberat apapun, selalu saja ada hikmahnya. Pengalaman Saidah patut dijadikan pelajaran. Dalam keterbatasan fisik, ibu dari empat putri ini tetap bersemangat menjalani hidupnya. Warung sembako yang dia dirikan, Kini mampu menjadi tumpuan hidup keluarganya.
Berawal dari penyakit kaki gajah yang dideritanya sejak beberapa tahun lalu, Saidah merasakan cobaan hidup yang begitu berat. Memang penyakit ini tidak terlalu mematikan, namun karena sifatnya menahun, sangat menggangg aktivitas sehari-hari.
Setelah melakukan berbagai pengobatan, penyakit Saidah tak kunjung sembuh. Malahan empat tahun kemudian dokter menyarankan agar dilakukan amputasi. Tentu berat bagi Saidah untuk menerima saran tersebut, meski apa yang disampaikan dokter merupakan jalan yang terbaik. Selain membayangkan kondisi fisiknya yang tak lengkap, berbagai kekhawatiran lain juga timbul. Ada rasa minder atau tersisih dari lingkungan. “Bagaimana kalau saya cacat, apakah anak-anak dan suami bisa menerima saya pikir Saidah saat itu.
Di tengah kegalauan tersebut, suami dan anak-anaknya justru memberikan dorongan. Suaminya, Ridwan, berupaya keras mengumpulkan uang untuk biaya operasi. “Suami saya memberi keyakinan bahwa dia akan selalu setia. Akhirnya, daripada kehilangan nyawa, lebih baik saya kehilangan salah satu anggota tubuh”, kata Saidah mengenang pilihan yang sulit beberapa tahun lalu.
Setelah kakinya diamputasi, Saidah mulai berlatih melakukan aktivitas hanya dengan satu kaki dan tongkat penyangga. Hari demi hari dia lewati, hingga akhirnya timbul rasa jenuh. Dalam kejenuhan itu muncul keinginannya untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Dia ingin membuka warung kecil-kecilan. Ide itu dia sampaikan kepada suaminya. Dan ternyata suaminya sangat mendukung. Dengan modal terbatas, Saidah memulai usaha dengan menjual es dan makanan ringan.
Setelah berjalan beberapa bulan, Saidah mendapat tawaran untuk bergabung dengan kelompok PNM Mekaar. Kesempatan itu tak dia lewatkan. Selain untuk mengembangkan usaha, dia juga ingin menjalin silaturrahim dengan ibu-ibu lainya. Dia pun mengikuti berbagai pertemuan yang telah dijadwalkan, hingga pada akhirnya mendapatkan pinjaman sebesar Rp. 2 juta. Uang tersebut langsung dimanfaatkannya untuk membeli berbagai jenis sembako, untuk dijual di warung kecilnya.
Kini dari dana pinjaman itu, warung Saidah mulai terasa sempit, karena barang dagangannya sudah cukup banyak. Masyarakat sekitar juga merasa terbantu karena mereka tak perlu jauh-jauh untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Berkat warung tersebut, kondisi ekonomi Saidah dan keluarganya semakin meningkat, yang sebelumnya hanya mengandalkan pendapatan suaminya yang hanya buruh tani. Karena itu, Saidah sangat bahagia dengan apa yang telah dia capai. Dengan kondisi fisik yang terbatas, dia masih bisa membantu meringankan beban suaminya, termasuk membiayai pendidikan anak-anaknya. “Warung saya sekarang sudah cukup lengkap dan ekonomi keluarga kami jauh membaik,” katanya penuh rasa syukur. (AAJ/Rini Saputri)