SiaranIndonesia, JAKARTA – Industri minyak dan gas menghadapi tantangan aset yang menua (aging assets) yang cenderung meningkatkan biaya operasional dan pengeluaran modal sehingga dapat mengacaukan perencanaan bisnis. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi kecerdasan buatan dalam pemeliharaan aset.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman dalam acara bedah bukunya yang berjudul Cara Hebat Merawat Aset di sela-sela Kongres V Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (AFMI) di Jakarta, Sabtu (6/12/2025).
Taufik mengatakan bahwa menghadapi aset yang menua (aging assets) cenderung meningkatkan biaya operasional (operational expenditures/OPEX) dan pengeluaran modal (capital expenditures/CAPEX) karena memerlukan biaya tambahan yang tidak terduga. Selain itu, aging assets dapat mengacaukan perencanaan bisnis akibat penghentian produksi (cessation of production/CoP) dan penghentian operasi.
“Studi yang dilakukan Business Wire mengungkapkan bahwa lebih dari 70% perusahaan masih belum memiliki kesadaran penuh terhadap jadwal perawatan, peningkatan, atau penggantian peralatan. Kurangnya pemahaman ini berisiko memperpanjang waktu henti operasional serta memperburuk efisiensi dan keselamatan kerja,” kata Taufik, yang juga Ketua Umum IAFMI.
Menurut Taufik, aset yang menua harus disikapi bukan sebagai sebuah masalah, namun sebuah tantangan yang perlu dicari solusinya dalam rangka menjaga aset tersebut tetap produktif secara optimal dan aman dalam kaitannya dengan keselamatan kerja. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi artificial intelligence dalam pemeliharaan aset.
“Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) bukanlah ancaman bagi ketersediaan lapangan kerja. AI hanyalah sebatas alat yang perlu dipelajari sebagai bekal untuk analisa dan pengambilan keputusan terkait faktor-faktor produksi agar lebih efektif, efisien, serta meningkatkan profitabilitas dan keberlanjutan bisnis,” ujarnya.
Kunci pemanfaatan AI, lanjut Taufik, adalah big data yang valid dan representatif, sehingga diperlukan adanya suatu kolaborasi yang terintegrasi antar-stakeholder dalam penyediaan data secara voluntary. Sehingga, data menjadi lebih berkualitas dan accessible untuk pengembangan oleh masing-masing kontributor/pemangku kepentingan.
“Buku ini diharapkan dapat menjadi kontribusi penulis dalam diskursus ilmiah terkait AI, serta menjadi pemantik pengembangan dan pemanfaatan AI lebih lanjut dalam industri migas pada khususnya dan industri-industri lain secara umum,” tutup Taufik

Acara bedah buku ini diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) dan Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Indonesia (Aspermigas). Turut hadir sebagai penanggap, Sekretaris Jenderal Aspermigas Elan Biantoro, serta Guru Besar Tetap Fakultas Teknik Universitas Indonesia Prof Johny Wahyuadi.























