KEBUMEN, SiaranIndonesia.com – Di Kebumen, riuh terkait alat peraga kampanye Pilkada 2024, dari masing-masing pasangan calon, banyak yang rusak, khususnya baliho. Pegiat sosial dan politik, Gus Wahyu, berpendapat, kerusakan baliho selain faktor alam, juga bisa upaya playing victim. Menurutnya, playing victim menjadi faktor politik tak sehat yang sangat mungkin terjadi.
Strategi playing victim, ia pun mencontohkan, seperti seorang kandidat menyuruh tim suksesnya untuk melakukan pengrusakan terhadap balihonya sendiri, lalu menuduh pihak lain sebagai pelakunya. Hal ini tujuannya, agar mendapat simpati publik.
“Contoh playing victim, itu balihonya sendiri dirusak, lalu menyalahkan orang lain. Gampangnya, maling teriak maling. Tujuannya, agar mendapat simpati publik,” terangnya, Selasa, (12/11/2024).
Ia pun berharap, momentum Pilkada 2024, termasuk di Kebumen, agar menjadi sarana fastabiqul khoirot, bukan menjadi sarana memecah belah masyarakat. Sehingga, ia berharap, ditengah Pilkada 2024 ini, para kontestan agar memberikan contoh yang baik, tidak perlu ada strategi playing victim. Termasuk, tidak perlu ada strategi politik manipulatif, serta jangan dimana-mana obral janji dan intimidasi. Jika dimana-mana seorang kandidat obral janji, menurut Gus Wahyu, besar kemungkinan kandidat tersebut sakit.
“Sederhana sebenarnya memperhatikan kandidat yang sehat dan kandidat yang sakit. Ciri kandidat sakit, itu dimana-mana obral janji. Memangnya pemerintah tidak ada aturannya, dan memang dana pemerintah tidak terbatas. Jadi dipastikan, jika kandidat dimana-mana obral janji, itu besar kemungkinan palsu,” tegasnya.
Lanjut Gus Wahyu, termasuk intimidasi. Seperti apa saja dilaporkan ke kepolisian. Apalagi terkesan, tiap hari kandidat kerjaannya melaporkan warganya ke kepolisian. Misalnya, ada warga yang dilaporkan oleh kandidat, karena saat jumpa dirinya, warga tidak senyum. Misal juga, adapula warga yang dilaporkan oleh kandidat, karena senyumnya warga terlalu lebar. Menurutnya, kandidat yang kerjaannya melapor apa saja ke kepolisian, menunjukan kandidat tersebut memiliki mental yang sakit.
Termasuk, jika ada kandidat yang suka mengintimidasi, serta suka mengadu domba antar warga. Apalagi sampai ada warga yang dikeroyok oleh warga lain karena ulah kandidat tersebut. Dikatakan, kandidat yang demikian, benar-benar sakit, sangat buruk atmosfirnya jika memimpin daerah.
“Kandidat yang kerjaannya melaporkan ke kepolisian, dan mengadu domba warga, termasuk mengintimidasi, ini membahayakan bagi warga jika jadi pemimpin. Atmosfir warga nanti jadi intimidatif,” katanya.
Menurutnya juga, kandidat yang baik dan layak dipilih, itu kandidat yang tidak pernah datang ke kantor polisi untuk melaporkan warga ataupun timses dari kandidat yang lain. Menurutnya, seorang kandidat yang sehat, itu memiliki karakter yang humanis, bukan intimidatif.
“Pilih kandidat yang selama proses Pilkada, itu tidak pernah datang sendiri ke kepolisian untuk melaporkan masalah apapun selain kriminal,” jelasnya.
Adapun, untuk Pilkada Kebumen 2024, terang Gus Wahyu, pasangan calon nomor urut 1, dari Lilis – Zaeni menjadi kandidat pilihan politiknya. Menurutya, pasangan calon ini memiliki karakter yang dibutuhkan oleh Kebumen.
“Kalau Pilkada Kebumen, secara pribadi, saya akan memilih Lilis – Zaeni, dengan harapan Kebumen sejahtera dan sejuk,” pungkasnya.