Siaranindonesia.com – Gerakan Indonesia Optimis (GIO), Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), dan Center of Intellegence and Strategic Studies (CISS) kembali menyelenggarakan program Deep Talk Indonesia. Sebuah program diskusi mengupas tuntas berbagai tema yang kontekstual dan menarik untuk didiskusikan.
Deep Talk Indonesia kali ini mengambil tema “Membedah Rekomendasi Muktamar Internasional Fiqh Peradaban I, Islam Untuk Kemaslahatan Dunia”.
Sebagai Informasi, Muktamar Internasional Fiqh Peradaban merupakan forum permusyawaratan pemuka agama dari berbagai belahan dunia yang diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ dan menjadi agenda rangkaian peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama’. Muktamar internasional fiqh peradaban yang diadakan di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (6/2/2023), mendiskusikan bagaimana menformulasikan teks agama khususnya fikih dalam konteks sosial dan kemanusiaan dalam kehidupan global saat ini.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi Deep Talk Indonesia antara lain, KH. Mahbub Ma’afi ( Ketua LBM PBNU), Prof. Dr. Phil. Asep Saefudin Jahar, Ph.D (Rektor UIN Syarif Hidayatulloh, Jakarta), Prof. Dr. Dzuriyatun Thoyibah, M.Si., M.A. ( Guru Besar Sosiologi UIN Jakarta) dan dimoderatori oleh Azizah Ratu Buana.
Acara yang diadakan di kantor Gerakan Indonesia Optimis Tebet Jakarta ini dimulai dengan prakata pembukaan oleh Ngasiman Djoyonegoro (Ketum GIO). Dalam pembukaanya Simon, panggilan akrab Ngasiman mengapreasi positif atas terselenggaranya diskusi kali ini. Karena diskusi merupakan forum ilmiah dan ruang bertukar pikiran anak bangsa demi menemukan solusi untuk kemajuan bangsa dan negara.
Selain itu, Simon menambahkan dengan diskusi akan menambah ilmu dan pengetahuan bersama sehingga Optimisme generasi muda akan terus terjaga.
Ahyad Alfida’i (Sekjen PB MDHW) dalam sambutannya yang penuh optimis mengungkapkan rasa syukurnya atas kolaborasi yang terjalin antara GIO, PB MDHW dan CISS. Dia berharap kolaborasi ini akan terus terjaga dan menghadirkan forum-forum diskusi dan kegiatan yang semakin luas.
“Melalui rekomendasi muktamar internasional fiqh peradaban yang diinisiasi oleh Nahdlatul Ulama’, semoga Islam rahmatan lil ‘alamin berhasil menjadi poros perdamaiaan dunia,” harap Ahyad.
Acara kemudian dilanjutkan pada forum diskusi yang dimulai dengan pemaparan KH. Mahbub Ma’afi.
Menurut Mahbub dalam rekomendasi Fikih Peradaban, ada pengakuan bahwa relasi Muslim dengan non-muslim itu ada sebuah konflik, namun bagaimana peradaban bisa memanajemen konflik tersebut dan melahirkan sebuah perdamaian. Karena peradaban tidak ada kemajuan tanpa perdamaian.
“Pengakuan dalam rekomendasi fikih peradaban merupakan manifestasi dari sikap keterbukaan dan kejujuran. Selain itu, dapat diasumsikan bahwa NU melalui rekomendasi mengajak seluruh bangsa untuk berdamai,” kata Mahbub.
Sedangkan Prof. Asep menyampaikan bahwa formulasi fikih peradaban ini menjadi magnum opus NU di paruh abad kedua dalam merespon perubahan dunia.
Prof Asep menyebut bahwa, sebagai muslim, kita jangan sampai gagal dalam memahami konteks kemajuan zaman. Prof Asep menambahkan, nilai-nilai keseteraan, keadilan, kedamaian, dan hidup toleran menjadi hal paling penting. Dalam hal ini, PBB dikatakan berhasil menerjemahkan proses perdamaian internasional melalui perjanjian internasional untuk menghilangkan otoritarianisme. Meskipun tidak semuanya berhasil maksimal.
“Kemajuan peradaban muslim ditandai dengan tidak adanya lagi pengelompokkan antar umat beragama,” tegas Prof Asep.
Gagasan demi gagasan dalam gelar diskusi Deep Talk Indonesia tersebut semakin menarik ketika Prof. Dzuriyatun Toyibah yang akrab disapa Prof Ibah, menyampaikan pandangannya dalam perspektif keilmuan sosiologi yang terkorelasi dengan praktik muslim dalam berperilaku toleran dan menjunjung tinggi persatuan.
“Dan semakin berkembangnya Islam, seorang Muslim akan semakin toleran kepada sesama manusia,” kata Prof Ibah.
Diskusi membedah hasil muktamar fiqh internasional NU yang dihadiri ratusan peserta dari kalangan kyai, akademisi, mahasiswa dan pegiat sosial ini ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Ustad Abdul Rozak (Wakil Ketua PB MDHW) untuk Indonesia yang lebih gemilang dan menciptakan generasi optimis dalam menjawab setiap tantangan zaman.