Siaranindonesia.com – Siapa bilang sampah hanya sumber masalah? Di tangan Sukimah, sampah justru mendatangkan rejeki yang berlimpah. Wanita paruhbaya yang tinggal di Desa Tanak Beak, Kec. Batukliang Utara, Kab. Lombok Tengah itu telah membuktikan, sampah plastik yang banyak berserakan bisa diolah menjadi benda berharga dan bernilai tinggi. Berkat kreativitas dan ketekunan dari ibu dua orang anak ini, sampah bisa diolah menjadi sumber pendapatan.
Munculnya ide kreatif ini dilatarbelakangi oleh keinginan Sukimah untuk membantu perekonomian keluarganya, Pendapatan yang diperoleh suaminya jauh dari cukup untuk bisa hidup layak. Suaminya hanya kuli bangunan yang bekerja di Bali. Hanya sebulan sekali dia berkumpul dengan keluarganya.
Dari kondisi tersebut, Sukimah tidak tinggal diam. Dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang produktif yang bisa menambah pendapatan keluarganya. Akhirnya timbul pemikirannya untuk membuat usaha kecil-kecilan dengan memanfaatkan sampah plastik yang banyak berserakan.
Mulailah Sukimah mengumpulkan sampah-sampah tersebut untuk kemudian dibersihkan dan dirapikan. Dengan menggunakan peralatan seadanya, mulailah Sukimah berkreasi dengan membuat beberapa produk seperti tas, bantal, gantungan kunci, dan beberapa produk menarik lainnya. Beberapa kali dia melakukan percobaan hingga menemukan produk yang menarik dan sesuai dengan keinginan. Dan yang terpenting, bagaimana agar produk yang dihasilkan itu bisa laku dijual.
Terkait pemasaran, Sukimah mendorong suaminya untuk ikut membantu. Dia melihat bahwa keberadaan suaminya di Pulau Dewata sebagai daerah tujuan wisata, merupakan peluang untuk memasarkan kerajinan tersebut. Bagaimanapun, usaha kerajinan ini sangat dekat dengan bidang pariwisata. Bahkan para wisatawan asing sangat suka dengan produk-produk daur ulang yang ramah lingkungan.
Perkiraan Sukimah benar, dimana hasil karyanya banyak diminati oleh wisatawan yang datang ke Bali, baik wisatawan lokal maupun manca negara. Berbagai produk yang dia buat dari limbah yang tak berharga, bisa dijual dengan kisaran harga Rp 75 ribu hingga Rp 200 ribu.
Namun di tengah usahanya yang semakin maju, Sukimah terkendala permodalan. Timbul keinginannya untuk meminjam modal, agar produksinya lebih banyak. Tapi kemana dia harus meminjam? Dia tak tau caranya dan juga siapa yang percaya? Karena itu, keinginan tersebut hanya dia pendam sambil terus berdoa untuk kemajuan usahanya. Ternyata Tuhan mendengarkan doanya. Tanpa diduga, Sukimah mendapat tawaran untuk bergabung dengan kelompok PNM Mekaar Cabang Batukliang Utara.
Melalui kelompok tersebut dia mendapat pinjaman sebesar Rp 2 juta. Mungkin bagi orang lain uang sebesar itu tak terlalu berharga, namun bagi Sukiman pinjaman sangat membantu yang menjadi awal dari kemajuan usahanya.
Berkat dukungan Mekaar, usahanya terus berkembang Pemasarannya pun semakin luas dengan volume semakin besar. Bahkan hasil kerajinannya kini sudah dipasarkan hingga ke Jepang. Dan yang paling penting, kondisi keluarganya juga semakin sejahtera. (AAJ/Dea Destari)