Siaranindonesia.com, Jakarta, — Wakil Ketua Umum PBNU, KH. Zulfa Mustofa, mengajak para pengurus masjid untuk membuka ruang dialog, aktivitas kreatif, hingga menyediakan akses internet di lingkungan masjid agar lebih dekat dengan generasi muda. Hal itu disampaikannya dalam Temu Nasional Marbot Masjid Indonesia di Jakarta, Selasa (25/11/2025).
KH. Zulfa mengungkapkan, masjid sejak masa awal Islam berfungsi sebagai pusat sosial, pendidikan, dan budaya masyarakat. Ia merujuk pada pandangan Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, yang menempatkan masjid sebagai indikator utama peradaban.
Masjid dan Generasi Muda
KH. Zulfa menekankan kebutuhan mendesak untuk menarik anak muda ke masjid melalui pendekatan yang lebih fleksibel dan kreatif. “Jangan memaksa anak muda langsung seperti santri salaf. Dekati dulu. Buat masjid jadi tempat yang nyaman bagi mereka,” ujarnya.
Ia mendorong takmir untuk menyediakan ruang diskusi, aktivitas edukatif, hingga fasilitas yang ramah anak muda seperti akses internet. Menurutnya, banyak kegiatan positif generasi muda berlangsung di ruang publik modern, dan masjid dapat mengambil peran sebagai ruang yang lebih sehat dan bernilai spiritual.
Marbot, Penghubung Urusan Agama dan Sosial
KH. Zulfa menjelaskan bahwa istilah “marbot” memiliki makna strategis. Dalam tradisi Arab, istilah ini merujuk pada peran rabt an-nusus bil-waqi’, yaitu kemampuan menghubungkan nilai-nilai keagamaan dengan realitas sosial. “Marbot itu penghubung. Ia berada pada titik yang menyatukan urusan agama dan kehidupan sosial jemaah,” ungkapnya.
Menanggapi perdebatan aktivitas non-ibadah di masjid, Zulfa menjelaskan bahwa para ulama memiliki pandangan yang bervariasi. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan kreatif tetap dapat dilakukan, asalkan memenuhi tiga prinsip: tidak menurunkan kehormatan masjid, tidak mengganggu jemaah yang sedang beribadah, dan menjaga tujuan utama masjid sebagai tempat zikir.
KH. Zulfa mengajak marbot untuk terus menghidupkan masjid melalui pendekatan yang lebih terbuka terhadap generasi muda. “Carilah cara kreatif membuat anak muda merasa diterima. Jadikan masjid ruang yang hidup, ramah, dan tetap penuh adab,” tutup Zulfa.
Hal senada disampaikan Kasubdit Kemasjidan Kementerian Agama (Kemenag), KH Nurul Badruttamam. Ia menyebut bahwa Kemenag terus mendorong ekosistem masjid yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan jemaah, terutama generasi muda.
“Masjid harus menjadi ruang terbuka yang mampu menjawab tantangan zaman. Fasilitas seperti ruang belajar, dialog terbuka, hingga akses internet sangat mungkin dihadirkan selama tetap menjaga kehormatan masjid,” ujarnya.
Nurul juga menambahkan, peran marbot perlu diperkuat melalui pembekalan kompetensi dan peningkatan kapasitas. Menurutnya, marbot tidak hanya bertugas menjaga kebersihan dan sarana ibadah, tetapi juga menjadi bagian dari garda depan pelayanan jemaah.
“Kita ingin marbot punya keahlian yang memadai untuk melayani jemaah modern, memahami manajemen masjid, literasi digital, dan pendekatan layanan yang ramah bagi semua kalangan,” katanya.























