Siaranindonesia.com, JAKARTA – Pengurus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan menggelar Muktamar pada akhir April atau awal Mei 2025 di Bali. Muktamar akan digelar lebih awal agar memiliki waktu untuk mengkonsolidasikan persiapan menghadapi Pemilu 2029.
Agenda muktamar merupakan ajang musyawarah tertinggi untuk memilih Ketua Umum partai berlambang Ka’bah tersebut.
Sejumlah tokoh yang tergabung dalam Eksponen Fusi PPP 1973 telah memberi tanggapan dan menggelar konferensi pers, pada Minggu (5/1/2024) untuk memberikan pernyataan sikap.
Sikap yang disampaikan antara lain mendukung calon-calon ketua umum dan PPP yang memiliki kapasitas untuk menjadi Pemimpin PPP yang dapat menjadi panutan bagi Umat Islam dan Bangsa Indonesia.
Di sisi lain, Romahurmuziy di Jakarta, Jumat (13/12), menyebutkan bahwa ada empat nama yang muncul untuk dicalonkan menjadi kandidat ketua umum partainya, keempat kandidat tersebut adalah mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, dan mantan KSAD Jenderal TNI (Purn.) Dudung Abdurachman.
Masuknya nama Dudung dalam bursa calon ketua umum PPP memperoleh tanggapan beragam. Eksponen Fusi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1973 menyambut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman sebagai calon ketua umum (ketum) PPP.
“Ada jenderal, dan ini kesempatan baik. Dia anak umat, ya kan? Kami dialog, dan dia ternyata anak umat, santri, kenapa tidak? Ayo,” kata Pelaksana Tugas Ketua Umum Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) Husnan Fanani, Minggu (5/1/2025).
Husnan sebagai perwakilan Parmusi yang menjadi bagian Eksponen Fusi PPP 1973 menjelaskan bahwa Dudung disambut pihaknya sebagai calon ketum karena menjadi satu-satunya jenderal yang berani memasang badan untuk menjadi ketua umum PPP, dan mempertimbangkan kualitas calon dari eksternal atau non-kader.
“Dari eksternal kita lihat siapa yang memiliki leadership (kepemimpinan, red.) yang baik, siapa yang benar-benar jalan menuju pada keumatan, siapa yang akan membela umat,” jelasnya.
Dukungan terhadap Dudung Abdurachman ini tertuang dalam pernyataan sikap Eksponen Fusi PPP 1973 yang terdiri dari KH. Drs. Zarkasih Nur (Nahdlatul Ulama), Prof Dr. KH. Husnan Bey Fananie, MA (Persaudaraan Muslimin Indonesia/Parmusi), Achmad Farial (Serikat Islam/SI), Hj. Irena R. Rusli Halil (Partai Tarbiyah Indonesia/Perti), dan Assoc. Prof. Dr. TB Massa Djafar.
Dudung Abdurachman dinilai memiliki kapasitas dalam menjalankan 6 prinsip perjuangan dan 5 khidmat PPP sesuai Khitthah pada tahun 1973. Serta mampu membawa PPP kembali menjadi partai politik yang menjadi rumah bagi umat Islam Indonesia, serta menjadi partai besar yang kembali berperan besar di Senayan.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa pihaknya mendorong nama-nama baru calon ketum PPP karena merasa prihatin dan bertanggung jawab atas kegagalan partai lolos ke Senayan pada Pemilu 2024.
“Kami ikut terpanggil untuk turun berjuang bersama-sama guna merevitalisasi politik Islam Indonesia, dan mengembalikan PPP, Partai Persatuan Pembangunan kembali menjadi Partai Islam yang bermuruah, disegani, dan menjadi rumah besar politik bagi umatI slam Indonesia,” katanya.