PP. Alkahfi Somalangu Akan Didemo Besar-Besaran oleh Sejumlah Warga Kebumen, Gus Wahyu: “Jangan!”

- Editor

Senin, 23 Desember 2024 - 10:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KEBUMEN, SiaranIndonesia.com – Sejumlah warga Kebumen dikabarkan akan merencanakan aksi demonstrasi besar-besaran ke Pondok Pesantren (PP) Alkahfi Somalangu. Hal ini sebagai respon warga Kebumen pada peristiwa dugaan sejumlah santri dan alumni Alkahfi Somalangu, Kebumen, atas pengeroyokan, pengerusakan, dan penyerangan terhadap Gus Wahyu, Ketua Lakpesdam PCNU Kebumen 2018–2022, pada 26 Oktober 2024, sehingga membuatnya opname di RSUD Kebumen dan RSPM Kebumen. Penyerangan ini terjadi diduga, karena Gus Wahyu mengungkap adanya kalangan yang meragukan cerita yang ada di PP. Alkahfi Somalangu. Namun demikian, Gus Wahyu dengan tegas, justru melarang aksi demo tersebut.

Dalam pernyataannya, Gus Wahyu menjelaskan bahwa alasan sejumlah warga ingin melakukan aksi itu antara lain karena rasa kecewa, geram, dan jijik terhadap perilaku sejumlah oknum santri dan alumni PP. Alkahfi Somalangu yang diduga melakukan pengeroyokan. Menurut mereka, tindakan para oknum tersebut terkesan merasa superior, seolah-olah tidak ada pihak lain yang mampu berlaku lebih dari mereka, sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.

Sebagian warga juga khawatir, jika dibiarkan, tindakan sejumlah oknum dari PP. Alkahfi somalangu tersebut akan semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, mereka ingin menuntut keadilan melalui aksi demonstrasi besar-besaran.

Namun, Gus Wahyu, cucu KH. Abdullah Siradj Aly ini, menegaskan bahwa insiden tersebut yang diduga dilakukan oleh sejumlah oknum dari PP. Alkahfi Somalangu, Kebumen, masih dalam proses penegak hukum. Sehingga, ia meminta masyarakat untuk menahan diri, tidak melakukan aksi balasan, dan menyerahkan kasus ini kepada Polres Kebumen yang sedang menangani. Ia pun mengingatkan, apabila di PP. Alkahfi Somalangu banyak anak-anak kecil SMP yang tak tahu apa-apa, sehingga jika pesantren ini didemo, kuatir psikologis anak-anak ini akan terganggu.

“Jangan! Saya meminta kepada seluruh warga Kebumen agar tidak melakukan aksi balasan dalam bentuk apapun kepada para oknum santri dan alumni PP. Alkahfi Somalangu yang diduga melakukan tindakan biadab terhadap saya. Serahkan proses ini sepenuhnya kepada kepolisian. Juga, ada banyak anak SMP di Alkahfi, jadi kasihan psikologis mereka jika didemo,” ujar Gus Wahyu di Kebumen, Minggu, (22/12/24).

Ia juga meminta, bahwa kejadian ini tidak boleh menjadi budaya, baik di masyarakat dan terlebih lagi di pesantren. Ditegaskan, kekerasan atas dasar perbedaan sudut pandang hanya akan membawa kerugian bagi semua pihak dan mencoreng citra Kebumen sebagai kota santri.

“Budaya intimidasi dan kekerasan ini adalah budaya jahiliah dan biadab yang tidak boleh ada di Kebumen. Perbedaan sudut pandang, perbedaan pendapat, harus diselesaikan dengan dialog, bukan intimidasi apalagi kekerasan,” tegasnya.

Peringatan kepada PP. Alkahfi Somalangu

Meski melarang sejumlah warga Kebumen untuk melakukan aksi demonstrasi ke PP. Alkahfi Somalangu, akan tetapi Gus Wahyu yang juga pembina Santri Mengabdi ini juga memberikan peringatan kepada pihak PP. Alkahfi Somalangu. Jika hal serupa terulang lagi di kemudian hari, ia pun mengaku akan merasa kesulitan untuk menahan masyarakat yang sudah merasa geram, merasa jijik dengan perilaku biadab oknum santri dan alumni seperti itu. Termasuk ia juga akan kesulitan menahan masyarakat yang mencintai dirinya, apabila kemudian melakukan aksi demo besar-besaran ke PP. Alkahfi Somalangu.

“Apa yang terjadi pada saya saat ini, saya percaya ulah oknum. Jadi, mari semua pihak untuk mempercayakan ini pada profesionalitas kepolisian Kebumen untuk menuntaskan kasus ini. Namun, jika kejadian seperti ini terulang, saya kuatir tidak bisa menahan warga jika bertindak mengambil sikap terhadap PP. Alkahfi Somalangu,” katanya.

Pada saat yang sama juga, ia meminta kepada semua pihak, apabila hal tersebut terjadi lagi, baik terhadap dirinya maupun orang lain, agar PP. Alkahfi Somalangu dicek. Apakah didalam pesantren tersebut memuat doktrin-doktrin ekstrimisme, doktrin-doktrin menyesatkan terhadap para santri, atau faktor lain.

“Sekali lagi, semoga saja ini oknum. Tapi jika peristiwa ini terjadi lagi, baik terhadap saya atau orang lain, maka wajib hukumnya semua kalangan untuk mengecek ajaran yang ada di PP. Alkahfi Somalangu. Karena jika peristiwa seperti ini terjadi lagi, potensi kemungkinan adanya bahaya doktrin ekstrimisme, doktrin menyesatkan terhadap santri. Hal seperti ini tidak boleh dianggap remeh,” tambahnya.

BACA: Kasus Pengeroyokan, Pengasuh PP. Alkahfi Somalangu KH. Afifudin Chanif Berpotensi Dipanggil Polres Kebumen

Perbedaan Itu Sunatullah, Jadi Saling Mencintai

Ia pun menambahkan, terkait perbedaan sudut pandang mengenai PP Alkahfi Somalangu, hal tersebut sebaiknya menjadi rahmat yang bermuara pada hikmah dan kebenaran, bukan berakhir pada saling teror. Ia meminta, agar kajian dibalas dengan kajian, dan keilmuan ditanggapi dengan keilmuan.

Gus Wahyu menegaskan, apabila kajian dijawab dengan intimidasi, itu mencerminkan perilaku iblis. Jika ada oknum pesantren yang melakukan intimidasi terhadap kajian, maka itu adalah “iblis berwajah santri” atau “iblis berwajah kyai.

“Jadi, itu adalah ulah oknum. Sekali lagi, saya minta jangan menggeneralisasi,” pintanya.

BACA: Pengasuh Pesantren Ini Diduga Merencanakan Pembunuhan Pada Ketua Lakpesdam PCNU Kebumen 2018-2022

Percaya & Tak Percaya PP. Alkahfi Somalangu

Tak Percaya Menantu Raden Patah

Lebih lanjut, mengenai adanya ketidakpercayaan sejumlah warga atas kisah yang banyak diceritakan oleh KH. Afifudin Chanif (Gus Afif), agar tidak diintimidasi apalagi sampai upaya dibunuh. Karena, perbedaan itu suatu keniscayaan, yang semuanya semestinya saling menghormati.

Termasuk adanya sejumlah warga yang tidak percaya, tentang cerita yang konon leluhur Gus Afif, yang bernama Abdul Kahfi I diusianya sekira 45 tahun, pada 1469 menjadi menantu Raden Patah, dengan menikahi Nur Thoyibah. Menurut sejumlah warga, cerita tersebut sangat sulit diakal.

Menurut sejumlah warga yang tidak percaya cerita dari Gus Afif terkait ini, diantara kurang masuk akalnya itu, apakah mungkin Raden Patah diusia 7 tahunan sudah memiliki seorang putri kandung bernama Nur Thoyibah. Lalu, apakah mungkin juga, diusia sekitar 6 tahun, Nur Thoyibah menikah dengan Abdul Kahfi I yang berusia sekutar 45 tahun. Termasuk, apakah mungkin, Nur Thoyibah diusia 8 tahun, sudah memiliki anak.

Ditegaskan Gus Wahyu, bagi warga yang memiliki argumentasi demikian, menurutnya sah-sah saja. Menurutnya juga, silahkan saja bagi sejumlah warga yang tidak percaya atau bahkan menilai hoaks atas cerita dari Gus Afif ini. Termasuk, sebaliknya juga, bagi yang percaya atau bahkan mengimani cerita Gus Afif, itu juga silahkan saja.

Tegasnya, apabila kedua belah pihak, baik yang tidak percaya ataupun yang percaya saling tidak menerima, silahkan membuat ruang diskusi saja, membuat ruang keilmuan, bukan menciptakan ruang intimidasi. Tidak perlu saling memaksakan, tidak perlu menjadi iblis.

Tak Percaya Prasasti Zamrud

Lanjut Gus Wahyu lagi, menurutnya, agar tidak perlu mempersoalkan bagi masyarakat yang tidak percaya jika di PP. Alkahfi Somalangu terdapat prasasti zamrud Siberia berbobot 9 kilogram, sebagaimana yang diceritakan oleh KH. Afifudin Chanif. Ditegaskan, percaya dan tidak percaya, itu hak setiap orang.

Diakui Gus Wahyu, ada banyak masyarakat yang mengaku tidak percaya dengan cerita zamrud di Alkahfi ini. Diantaranya, mereka beragumentasi, jika benar batu zamrud itu ada, maka zamrud di Alkahfi Somalangu akan menjadi batu zamrud terbesar di dunia, padahal batu zamrud terbesar dunia yang ditemukan saat ini berbobot 1,5 kilogram sebagaimana diungkap Guinness World Records (GWR). Juga, jika benar zamrud di Alkahfi Somalangu tersebut sebesar itu, maka disamping berpotensi terbesar di dunia, juga berpotensi terbesar seluruh jagat sampai hari kiamat.

Selain itu, sejumlah warga tidak percaya zamrud ini, diantaranya ada yang melihat di TV saat dipamerkan oleh KH. Afifudin Chanif. Dikatakan Gus Wahyu, sejumlah warga meragukan, karena menurut mereka, secara fakta logika, dipastikan 99,9 persen bukan zamrud Siberia.

Adapula sejumlah warga yang tidak percaya, dan bahkan ada yang menduga sebuah hoaks, terkait klaim Gus Afif ini mengenai zamrud, dengan argumen bahwa, saat itu kerajaan baik di nusantara ataupun di seluruh dunia saja, yang jelas-jelas memiliki sumberdaya ekonomi dan kekuasaan, tidak ada yang membuat prasasti dengan batu mulia. Sementara Alkahfi Somalangu yang hanya sebuah masjid kecil, diklaim Gus Afif, katanya menggunakan prasasti batu mulia zamrud yang super besar. Sehingga bagi sebagian warga menilai tidak masuk akal.

Adapun, menurut Gus Wahyu, bagi kalangan yang mempercayai atau bahkan mengimani cerita zamrud oleh KH. Afifudin Chanif, itu silahkan saja. Begitupula, bagi masyarakat yang tidak percaya dengan klaim prasasti zamrud ini juga silahkan. Walaupun demikian, Gus Wahyu berharap, baik yang percaya ataupun yang tak percaya, itu agar saling menyayangi.

“Bagi yang percaya akan keberadaan batu zamrud itu, meskipun hingga kini belum ada peneliti kredibel yang meneliti batu tersebut, dipersilakan saja. Prinsipnya, silahkan saling diskusi dan saling mencintai saja,” jelasnya.

Tak Percaya Pesantren Tertua Abad 14/15

Pada saat yang sama, diungkapkan oleh Gus Wahyu, adapula sejumlah masyarakat yang tidak percaya dengan sejarah Alkahfi Somalangu yang diklaim oleh pengasuhnya KH. Afifudin Chanif. Mereka tidak percaya jika PP. Alkahfi Somalangu ini berdiri di abad ke-14/15, sehingga seakan menjadi salah satu pesantren tertua di Asia Tenggara. Alasan yang dikemukakan sejumlah warga yang tidak percaya, menurutnya, seperti mustahil Abdul Kahfi I hidup selama 180 tahun atau kesan bertentangan dengan sejarah muktabar Demak Bintoro.

Disamping itu, ketidakpercayaan mereka, diantaranya belum pernah dilakukan penelitian oleh peneliti kredibel. Selain itu, adanya sejumlah sejarawan Indonesia serta kakek dari KH. Afifudin Chanif yang juga menolak sejarah Alkahfi Somalangu tersebut.

Walaupun demikian, menurut Gus Wahyu, bahwa ketidakpercayaan warga atas cerita Gus Afif soal sejarah pendirian Alkahfi ini, silahkan saja. Begitu pula bagi yang mengimani (percaya) dengan semua cerita yang disampaikan oleh Gus Afif, itu juga silahkan saja.

“Semua cerita tentang Alkahfi Somalangu yang disampaikan oleh KH. Afifudin Chanif memang belum pernah diuji oleh peneliti yang kredibel. Jadi, bagi yang percaya silakan, dan bagi yang tidak percaya juga tidak berdosa. Antar umat beragama saja bisa saling menyayangi, jangan sampai karena cerita yang belum jelas soal Alkahfi Somalangu, justru menjadi penyebab dosa besar,” ujarnya.

Abdul Kahfi atau Abdul Kafi?

Disampaikan oleh Gus Wahyu, bahwa dikalangan masyarakat juga ada yang meragukan nama leluhur KH. Afifudin Chanif yang bernama Abdul Kahfi. Menurut sejumlah warga, yang mereka ketahui, namanya Abdul Kafi, tanpa ada huruf “h”. Argumentasi mereka, diantaranya melihat batu nisan Abdul Kafi Tsani (tanpa huruf “h”) serta catatan lama. Namun di era KH. Afifudin Chanif, diperkenalkan dengan nama Abdul Kahfi, yang kemudian dinaungi dengan cerita “Alkahfi” di Yaman.

Adanya perbedaan ini, antara yang tidak percaya dengan yang percaya dengan cerita KH. Afifudin Chanif terkait nama Abdul Kahfi, menurut Gus Wahyu agar tidak menjadi persoalan. Menurut Gus Wahyu, perbedaan itu lumrah saja, tergantung sejauh mana dalam melihat dan dalam berfikir. Sehingga, diharapkan semua pihak agar jangan saling memaksakan kepercayaan tiap-tiap orang.

“Perbedaan itu sunatullah, apalagi dalam hal keilmuan dan sejarah. Jadikan perbedaan sebagai bahan diskusi, bukan untuk mematikan mata hati,” tegasnya.

KH. Afifudin Chanif Melekatkan Nasab “Alhasani”

Terakhir, termasuk adanya sejumlah masyarakat yang tidak percaya jika KH. Afifudin Chanif sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw melalui sayidina Hasan lewat Syeikh Abdul Qodir Jaelani. Dikatakan Gus Wahyu, ketidakpercayaan masyarakat ini, janganlah dipaksakan agar beriman dengan nasabnya KH. Afifudin Chanif. Menurutnya, percaya dan tidak percaya pada nasab KH. Afifudin Chanif, merupakan hak masing-masing orang. Diantara yang tidak percaya KH. Afifudin Chanif sebagai keturunan nabi bermarga “Alhasani”, diantaranya, dari ayahnya, kakek-kakeknya, saudara-saudaranya, tidak pernah terdengar mengaku keturunan Nabi, namun tiba-tiba pasca reformasi KH. Afifudin Chanif mengklaim sebagai “sayid” yang bermarga “Alhasani”

Menurut Gus Wahyu, bagi yang percaya atau bahkan mengimani klaim Gus Afif ini, silahkan saja. Bahkan bagi yang menjadikan pengakuan atau cerita Gus Afif ini sebagai rukun Iman ke-7, semua itu silahkan saja. Tapi bagi yang tidak percaya pun, itu juga silahkan serta tidak berdosa. Gus Wahyu hanya berharap, perbedaan itu agar saling menghormati, bukan saling berbuat dosa besar.

“Percaya klaim dan ceritanya Gus Afif silahkan, dan yang tidak percaya juga silahkan saja. Yang penting, semua berbuat baik saja,” tegasnya.

Menghormati Perbedaan Pandangan

Gus Wahyu juga mengingatkan pentingnya menghormati perbedaan pandangan. Termasuk terkait klaim sejarah yang sering menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.

Ia mencontohkan, percaya dan tidak percaya, seputar PP. Alkahfi Somalangu, baik tentang silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW, klaim prasasti batu zamrud yang super besar, hingga klaim usia, sejarah, dan nama Abdul Kahfi. Semua itu, menurutnya, harus menjadi bahan diskusi, bukan menjadi bahan intimidasi, apalagi menjadi alasan untuk menimbulkan permusuhan serta pembunuhan.

“Jadikan perbedaan sebagai menu diskusi, bukan menu intimidasi, bukan pula  pemicu kebencian. Baik yang percaya maupun yang tidak percaya, semua harus saling menghormati. Lakum a’malukum wa’amaly linafsy,” pungkas Gus Wahyu.

Gus Wahyu berharap masyarakat Kebumen tetap menjaga kedamaian dan kerukunan. Serta tidak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memperkeruh suasana.

Komentar Facebook

Berita Terkait

Pembangunan Jalan Makadam di Dukuh Slepi, Langkah Nyata Desa Plumbon Majukan Ekonomi Warga
Refleksi Hari Santri 2025: Meneguhkan Peran Santri dari Masa ke Masa di Pesantren Leadership Primago
Hari Santri di Kebumen Berdarah, Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Pimpinan Pesantren Leadership Primago Depok Ucapkan Selamat Hari Santri Nasional 2025 & Gelar Kegiatan Lomba Kretifitas bagi Santri dan Santriwati
Sidik Jari Primagen Sebagai Kunci Roadmap Orang Tua Mengembangkan Potensi, Minat dan Bakat Anak Masa Kini
Tim Robotik SMPI Primago Kota Depok Raih Juara 3 dalam ajang Kontes Robot Nusantara (KRON) di Garuda Hall Ice BSD 2025
Berikan Layanan Konsultan & Manajemen Sekolah, KPSI hadir di Kota Probolinggo Jawa Timur
SDI Primago Raih Juara 1 Lomba Dart Putra Pramuka Penggalang Dalam Ajang Depok Scout Festival 2025 Tingkat Kota Depok

Berita Terkait

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 15:43 WIB

Sekolah MAN 1 Kab Bekasi Gelar Acara Parenting Kurikulum Berbasis Cinta untuk Wali Murid Kelas XII Bersama Primago Consulting

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 13:16 WIB

Viral di TikTok, Petugas Lintas Jaya Dapat Pertanyaan dari Warga Saat Operasi di Jakarta Timur

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 11:24 WIB

MAN 1 Kab Bekasi Kembangkan Potensi, Minat dan Bakat Peserta Didik Melalui Tes Primagen

Kamis, 23 Oktober 2025 - 07:20 WIB

Kemenag Dorong Takmir Jadikan Masjid sebagai Wadah Jaminan Sosial

Rabu, 22 Oktober 2025 - 17:47 WIB

Pemerintah Perkuat Sinergi Lintas Lembaga untuk Berantas Judi Daring Demi Lindungi Generasi Muda

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:11 WIB

SMK Harapan Bangsa Gelar Seminar Manfaat Media Sosial Sebagai Wadah Prestasi dan Syi’ar Dakwah Bersama DD Studio Depok

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:09 WIB

Wujudkan Sekolah Islam Impian di Bumi Reog: Konsultan Manajemen Terbaik di Ponorogo!

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:07 WIB

Pondok Pesantren untuk Anak SD di Jabodetabek — Primago, Tempat Menumbuhkan Pemimpin Sejak Dini

Berita Terbaru