KEBUMEN, SiaranIndonesia.com – Momentum nisfu sya’ban sekaligus menjelang pergantian Bupati Kebumen 2025-2030, Ketua Gerakan Santri Mengabdi, Gus Wahyu NH. Aly, mengaku sedih dengan kondisi kemiskinan yang ada di Kebumen. Dirasanya, kemiskinan di Kebumen belum menjadi empati bersama sepenuhnya. Salah satunya, ditengah kemiskinan yang dialami sejumlah masyarakat Kebumen, warga yang plesir ke luar negeri, termasuk umroh menggunakan dana pribadi, tiap tahun cukup tinggi.
Ditegaskan oleh cucu KH. Abdullah Siradj Aly ini, bahwa ibadah umroh hukumnya sunah, sedangkan mengentaskan kemiskinan adalah kewajiban (fardhu kifayah). Kemiskinan, menurutnya tidak melihat penyebab dan agamanya. Jika kemiskinan belum teratasi, maka masyarakat yang mampu memiliki tanggung jawab untuk membantu. Ia pun berharap, dalam 5 tahun kedepan, tidak ada warga Kebumen yang plesir termasuk umroh dengan dana pribadi, kecuali kemiskinan di Kebumen telah tuntas.
“Ditinjau dari ushul fiqh, maka jika ada orang yang mampu untuk membantu fakir miskin tetapi malah menggunakan hartanya untuk umroh, maka bisa saja umrohnya bukan hanya tidak terkabul, tetapi bisa saja umrohnya menjadi haram,” tegasnya, Kebumen, Jumat, (14/02/2025).
BACA: Pesantren Alkahfi Somalangu akan Didemo Besar-Besaran oleh Warga Kebumen
Menurutnya, kemiskinan dalam Islam bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, dan papan. Banyak anak tidak bisa kuliah atau mondok di pesantren karena faktor biaya, sementara di sisi lain, dana besar justru dihabiskan untuk ibadah sunah seperti umroh.
Ia pun menegaskan, bahwa dalam beragama harus memahami prioritas dalam ibadah agar tidak salah dalam mengamalkan ajaran Islam. Meskipun diakui, di Kebumen belum banyak masyarakat, bahkan ulama yang memiliki kesadaran serta empati atas hal ini, sehingga lumrah kemiskinan di Kebumen cukup parah.
“Rusaknya pemahaman agama di masyarakat, diantaranya ketika ulamanya, kyainya, rakus dunia,” tegasnya.
Kemiskinan Tanggung Jawab Bersama, Bukan Hanya Pemerintah
Gus Wahyu menekankan bahwa mengatasi kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah. Ditegaskan, bahwa Kemiskinan menjadi kewajiban seluruh elemen masyarakat, terutama mereka yang mampu.
“Islam mengajarkan bahwa kemiskinan adalah tanggung jawab bersama. Jika ada kemiskinan di suatu daerah, maka masyarakat di daerah itu yang pertama kali bertanggung jawab untuk mengatasinya,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa kesadaran untuk menunda umroh demi membantu sesama bukan hanya bentuk kepatuhan beragama, tetapi juga cerminan empati yang baik.
“Merealisasikan ini bukan hanya soal kesadaran beragama, tetapi juga soal memiliki empati yang baik. Bagaimana mungkin kita bisa tenang beribadah, sementara di sekitar kita masih banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar?” ungkapnya.
BACA: Santri Mengabdi Mendukung Pemangkasan DAK & DAU
Dana Umroh Bisa untuk Modal Usaha dan Kesejahteraan Masyarakat
Dana umroh yang mencapai puluhan juta rupiah bisa digunakan untuk membantu perekonomian masyarakat. Ia mencontohkan, seperti modal usaha bagi warga kurang mampu, bantuan pendidikan bagi anak yang ingin kuliah atau mondok, dan lainnya.
“Daripada umroh berkali-kali, lebih baik bantu masyarakat agar mandiri. Dengan begitu, mereka bisa keluar dari kemiskinan dan nantinya beribadah dengan lebih tenang,” ujar Gus Wahyu.
Jika Kemiskinan Teratasi, Umroh Pun Sunah
Namun, ia juga menegaskan bahwa fardhu kifayah terkait hal ini tidak berlaku selamanya. Jika dalam lima tahun ke depan kemiskinan di Kebumen sudah teratasi, maka kewajiban kemiskinan ini selesai, dan umroh tak lagi haram tapi hukumnya kembali ke asalnya hukum sunah, kecuali ada hal lain lagi yang menuntut menundanya.
“Ketika masyarakat sudah bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, maka fardhu kifayah ini selesai. Saat itu, umroh kembali ke asal hukumnya sebagai ibadah yang sunnah,” jelasnya.
Jadi, menunda umroh demi melaksanakan kewajiban kifayah ini, bukan hanya bentuk kepatuhan beragama, namun juga bentuk cerminan empati dan kepedulian sosial. Dengan semangat gotong royong dan empati yang tinggi, Gus Wahyu optimistis bahwa dalam lima tahun ke depan, Kebumen bisa mencapai kemajuan signifikan dalam pengentasan kemiskinan.























