SiaranIndonesia.com- Anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi kembali menyapa warga Kabupaten Tasikmalaya. Kali ini di Desa Singajaya, Kecamatan Cibalong, sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Tasikmalaya.
Mengusung tema percepatan penurunan stunting di wilayah khusus, Nurhayati hadir bersama Sekretaris Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Rakhmat Mulkan dan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos-PPKBP3A) Kabupaten Tasikmalaya Dadan Hamdani.
Nurhayati menegaskan bahwa upaya pencegahan stunting semestinya itu diawali sejak jelang pernikahan. Bukan hanya persiapan materi, mental, atau persiapan resepsi, pasangan calon pengantin juga harus mempersiapkan kesehatannya.
“Makanan bergizi dan pola hidup yang sehat menghasilkan sperma berkualitas. Ini penting untuk kesehatan janin kelak. Karena itu, bagi laki-laki setidaknya mengistirahatkan aktivitas yang melelahkan, terutama menghentikan kegiatan yang tidak sehat. Untuk perokok, berhenti dulu setidaknya pada 75 hari sebelum pernikahan,” papar Nurhayati.
Saran lainnya, bagi ibu hamil tetap fokus menjaga kondisi fisik dan memberikan asupan nutrisi untuk bayi dalam kandungannya. Bahkan, ketika terasa mual, enggan makan, itu harus dipaksakan untuk tetap makan. Kepentingannya bukan hanya untuk ibu yang hamil, tapi demi kebaikan anak yang sedang dikandung.
“Jumlah warga terkena stunting di Jabar mencapai 24,5 persen. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil. Karena itu, setiap ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi untuk menjamin ketercukupan kebutuhan janin. Ibu hamil juga harus tetap aktif melakukan olahraga. Tentu jenis olahraga yang cocok dengan kondisi kehamilan,” ungkap Nurhayati.
Di tempat yang sama, Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Barat Rakhmat Mulkan mengungkapkan, penanganan stunting tidak dapat dipisahkan dari situasi masyarakat dan lingkungan. Karenanya, upaya pencegahan stunting membutuhkan peran aktif masyarakat. Dalam konteks itu, pihaknya membentuk tim pendamping keluarga (TPK) untuk memberikan pendampingan kepada calon pengantin dan ibu hamil serta keluarga yang memiliki baduta atau balita.
“TPK merepresentasikan unsur masyarakat setempat. Mereka berasal dari kader keluarga berencana (KB), kader PKK, dan bidan atau tenaga kesehatan setempat. Harapannya, mereka sudah mengenal dengan baik warga di sekitarnya. Dengan begitu, proses pendampingan maupun intervensi bisa berjalan lebih cepat,” ungkap Rakhmat. (*)