Hoaks Sejarah & Nasab PP. Al-Kahfi Somalangu!?

- Editor

Senin, 26 Mei 2025 - 13:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Resensi Buku

Menelusuri Jejak yang Terkaburkan: Ketika Kejujuran Harus Dibayar Kebiadaban

Judul Buku: Hoax or Not: Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu
Penulis: Wahyu Nur Hidayat
Penerbit: As Books
Cetakan: Pertama, November 2024
Tebal: ±60 halaman

Presensi: Nasikin (Santri Pesantren di Kebumen)

Di tengah maraknya glorifikasi sejarah yang lebih didorong oleh hasrat simbolik ketimbang data, Hoax or Not PP. Al-Kahfi Somalangu ini hadir sebagai suara jernih yang menolak untuk larut dalam arus kebohongan kolektif. Buku ini bukan hanya karya intelektual, ia adalah kesaksian jiwa. Sebuah upaya penuh keberanian dari seorang anak bangsa yang memilih berdiri tegak meski di bawah bayang-bayang ancaman dan ketakutan.

Ia merupakan Wahyu Nur Hidayat, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Wahyu, yang juga cucu dari KH. Abdullah Siradj Aly. Sosok yang dalam diamnya menyimpan keberanian besar, dan dalam tulisannya menghadirkan ketulusan yang menyala. Ia bukan penulis baru. Sebelumnya, ia telah banyak menelurkan karya-karya yang berpihak pada mereka yang sering dilupakan sejarah—kaum kecil, suara pinggiran, dan mereka yang terpinggirkan oleh narasi besar. Di mata banyak orang, Gus Wahyu bukan sekadar penulis—ia adalah pembela kebenaran yang tak kenal lelah, sosok yang lebih memilih jujur meski harus menanggung derita.

BACA JUGA: 

Kitab Berbahasa Arab “As-Siraj”, karya Gus Wahyu NH. Aly

Novel Metamorfosis Cinta, Perlawanan Santri Terhadap Kyai, karya Gus Wahyu NH. Aly

Dan derita itu benar-benar datang. Buku ini ditulis tak lama setelah Gus Wahyu menjadi korban pengeroyokan brutal oleh puluhan alumni dan santri Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu. Peristiwa iblis berwajah santri itu terjadi di hadapan istrinya—yang belum lama melahirkan anak mereka—dan yang diduga menurut Gus Wahyu, peristiwa biadab itu diduga atas perintah dari KH. Afifudin Chanif, pengasuh pesantren yang menjadi subjek utama kritik dalam buku ini. Akibat penganiayaan itu, ia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama hampir sepekan. Luka fisiknya mungkin sembuh, tapi luka batinnya—yang datang dari pengkhianatan orang-orang yang dulu bersamanya dalam ruang-ruang ilmu—barangkali akan menetap selamanya.

Namun dari luka itulah lahir keberanian yang lebih besar. Dalam buku ini, Gus Wahyu mengajak kita membongkar klaim-klaim sejarah yang selama ini dianggap sakral: dari narasi Al-Kahfi Somalangu sebagai pesantren tertua di Asia Tenggara, silsilah dzurriyah Nabi, prasasti Zamrud Siberia, hingga kisah mistis asal-usul dari Al-Shihr, Yaman. Semua ditelaah dengan pendekatan historis yang ketat, logika yang jernih, dan nalar kritis yang tetap santun.

Yang menjadi titik berat buku ini bukan hanya isinya, melainkan sikap batin penulisnya. Ia mengingatkan kita akan bahaya doktrin—saat keyakinan berubah menjadi senjata, dan ajaran ditafsirkan sebagai dogma absolut yang membutakan cinta kasih dan akal sehat. Di tangan Gus Wahyu, sejarah tak lagi menjadi alat pengkultusan, tetapi ruang dialog, ruang perenungan, dan ruang pemurnian niat.

Terakhir, bacalah buku ini tidak hanya dengan kepala, tetapi juga dengan hati. Karena di balik tiap kata yang ditulis, ada luka yang berdarah, ada keberanian yang diuji, dan ada cinta yang tulus kepada pesantren sebagai pilar peradaban—yang seharusnya berdiri di atas kejujuran, bukan kepalsuan. Sebuah bacaan wajib bagi siapa saja yang mencintai pesantren, kebenaran, dan masa depan Islam yang waras dan membebaskan.

Download Buku (PDF): Hoaks Or Not PP. Al-Kahfi Somalangu

Komentar Facebook

Berita Terkait

11 Wejangan Kebangsaan
Luka Rasisme yang Tak Disembuhkan
Memahami Karakter Kepemimpinan Prabowo: Arah & Harapan Papua ke Depan
Kita Songsong Transformasi Umrah 1447 H: Inovasi Saudi, Kesempatan Kita
Luka Papua Sudah Membusuk dan Bernanah
Menakar Kepemimpinan Prabowo dalam Isu-isu Papua
Aksin, SH. Soroti Pentingnya Keadilan Hukum Bagi Kepala Desa
Kasihilah Musuhmu Tanpa Mengorbankan Iman, Ideologi, dan Nasionalisme

Berita Terkait

Senin, 3 November 2025 - 11:52 WIB

Hasil Survei: Publik Puas dengan Digitalisasi Pembelajaran Kemendikdasmen

Senin, 3 November 2025 - 07:39 WIB

Festival Tring Pegadaian Berlangsung Meriah Dengan Edukasi Investasi Digital dan Hiburan Menarik

Jumat, 31 Oktober 2025 - 19:23 WIB

Isu Soal Whoosh Mengalir, Azas Tigor Nainggolan: Lihat dari Manfaat Transportasinya

Jumat, 31 Oktober 2025 - 14:37 WIB

Wakil Ketua ABDSI Menghadiri Acara Ramah Tamah dengan Dubes RI di Amsterdam

Kamis, 30 Oktober 2025 - 16:31 WIB

PB HMI Sukses Gelar Kemah Bhakti Pemuda 2025: Meneguhkan Jalan Panjang Kepemudaan Menuju Indonesia Berdaulat

Selasa, 28 Oktober 2025 - 14:30 WIB

SDIT Uways Al Qorny Pemalang Adakan Kegiatan Parenting Orang Tua Tentang Mendidik Anak dengan Cinta, Disiplin, dan Keteladanan Bersama Praktisi Parenting Alumni Gontor

Selasa, 28 Oktober 2025 - 13:30 WIB

Pesantren Leadership Primago Gali Potensi, Minat, Bakat dan IQ Santri Dengan Tes Sidik Jari PRIMAGEN

Senin, 27 Oktober 2025 - 21:13 WIB

Wamenag Dorong Penguatan Pesantren pada Pelantikan Pengurus IKAMAH di Cilegon

Berita Terbaru