Penelitian ungkap resiliensi syarat keberlanjutan usaha Kelapa di Aceh

- Editor

Kamis, 11 Desember 2025 - 19:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Siaranindonesia.com, Bogor – Bertepatan dengan Hari Perkebunan Nasional ke-68, mahasiswa program doctor Komunikasi Pembagunan Pertanian IPB, Henny Sulistyorini mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa resiliensi petani merupakan syarat penting jika pengelolaan usaha kelapa di provinsi tersebut ingin berkelanjutan.

Hal ini terungkap dalam sidang promosi terbuka yang dihadiri oleh komisi pembimbing yang diketuai Prof. Dr. Ir Sumardjo MS, dan anggota Prof. Dr. Anna Fatchiya, M. Si, serta Dr Ninuk Purnaningsih M.Si. Sidang promosi juga dihadiri oleh penguji luar komisi Dr. Ir. Siti Amanah M. Sc, dosen Departemen SKPM IPB dan Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Dr. Abdul Roni Angkat, STP, M. Si.

Henny juga mengungkapkan bahwa, kelapa merupakan tanaman yang seharusnya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah terlebih untuk Provinsi Aceh yang rawan bencana. Kelapa memiliki perakaran kuat, daya adaptasi dan nilai ekonomi tinggi. Namun perkembangan kondisi eksternal petani kelapa yang kurang menguntungkan menyebabkan petani kelapa di tiga lokasi penelitiannya yaitu Kabupaten Simeulue, Aceh Besar dan Bireuen memeroleh pendapatan rendah, Rp.2.124.188. di bawah UMK Aceh. Pendapatan rendah ini berdasarkan temuannya berdampak pada minimnya perawatan tanaman, penjualan kelapa tanpa diolah atau dalam bentuk kelapa butiran yang bernilai ekonomi rendah.

Oleh sebab itu, menurut Henny petani kelapa seharusnya memiliki kemampuan resiliensi tinggi (resilien) agar mampu bertahan dalam kesulitan, beradaptasi dengan perubahan dan bertransformasi agar pengelolaan usahanya tetap menguntungkan dalam jangka panjang.

Henny menggunakan indicator kemampuan menerapkan strategi nafkah, berintegrasi sosial dan melestarikan tanaman sebagai indicator dalam mengukur resiliensi petani kelapa. Ia menemukan tingkat resiliensi petani kelapa berada pada kategori rendah (29,24), mengindikasikan petani kelapa. Mereka bertahan hingga saat ini ditopang oleh kemampuan petani dalam berintegrasi dengan lingkungan sosialnya.

Selanjutnya Henny juga memaparkan bahwa berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modeling (SEM-PLS), factor utama yang memengaruhi kemampuan resiliensi petani kelapa di Provinsi Aceh ialan modal sosial petani berupa jaringan dan kepercayaan sosial.

Henny dalam paparannya menyatakan “penelitian ini memiliki beberapa kebaruan diantaranya menggabungkan teori resiliensi, kemandirian dan keberlajutan usaha yang ternyata memiliki hubungan positif, integrasi indikator resiliensi secara ekonomi, sosial dan lingkungan, integrasi variabel kemandirian dalam hubungan antara kemampuan resiliensi dan keberlanjutan usaha serta penggunaan metode kuantitatif yang diperkaya data kualitatif”.

Plt Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Dr Abdul Roni Angkat STP, M.Si yang juga bertindak sebagai penguji menyambut baik penelitian tersebut.

“Hasil penelitiannya bagus ya. Ini mengenai resiliensi petani kelapa dan keberlanjutan usaha kelapa. Ada beberapa faktor penting yang bisa jadi benchmarking dalam pembangunan perkebunan, ke arah mana bantuan dan pengembangan kita arahkan,” kata Abdul Roni.

Roni menambahkan penelitian itu juga mengungkapkan petani kelapa minimal memiliki area seluas 5 hektare, yang mana luas yang ideal bagi petani untuk dapat mencari nafkah dengan. Selain itu faktor lain yang juga perlu diperhatikan modal sosial yang kuat.

“Tahun depan kita galakkan lagi replanting dan peremajaan kelapa seluas 150 ribu hektare di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Lokus-lokus produksi harus kita ratakan supaya tidak ada lagi penumpukan di satu daerah dan kekurangan di daerah lain,” tegas Dirjen Roni.*

Komentar Facebook

Berita Terkait

Ini Dia, 3 Lembaga Konsultan Manajemen Sekolah Islam di Indonesia yang Bisa Menjadi Pilihanmu
Ekonom Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sesuai Target, Optimisme 2026 Menguat
2 Tokoh Pembicara / Narasumber “Ruh Mudarris” Mambangun Spirit Daya Juang Lembaga Pendidikan yang sangat populer di Indonesia
Presiden Prabowo Dedikasikan 90 Ribu Hektar Lahan HTI di Aceh Demi Selamatkan Gajah Sumatra
Tinggalkan Paradigma Lama: Saatnya Reformasi Tata Ruang & Penegakan Hukum Lingkungan
3 Tokoh Praktisi dan Narasumber Pilihan Tentang Branding Sekolah Islam di Indonesia
Respons Banjir Aceh-Sumatera, LD PBNU Luncurkan Program Sedekah Jumat untuk Kemanusiaan
IBLAM FAMILY Goes To Jogya Tahun 2025 bersama Dirgantara AIA Tour Travel Depok

Berita Terkait

Sabtu, 13 Desember 2025 - 22:34 WIB

Ini Dia, 3 Lembaga Konsultan Manajemen Sekolah Islam di Indonesia yang Bisa Menjadi Pilihanmu

Sabtu, 13 Desember 2025 - 22:21 WIB

Ekonom Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sesuai Target, Optimisme 2026 Menguat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 16:27 WIB

2 Tokoh Pembicara / Narasumber “Ruh Mudarris” Mambangun Spirit Daya Juang Lembaga Pendidikan yang sangat populer di Indonesia

Jumat, 12 Desember 2025 - 11:48 WIB

Presiden Prabowo Dedikasikan 90 Ribu Hektar Lahan HTI di Aceh Demi Selamatkan Gajah Sumatra

Kamis, 11 Desember 2025 - 19:34 WIB

Penelitian ungkap resiliensi syarat keberlanjutan usaha Kelapa di Aceh

Kamis, 11 Desember 2025 - 12:06 WIB

3 Tokoh Praktisi dan Narasumber Pilihan Tentang Branding Sekolah Islam di Indonesia

Rabu, 10 Desember 2025 - 20:42 WIB

Respons Banjir Aceh-Sumatera, LD PBNU Luncurkan Program Sedekah Jumat untuk Kemanusiaan

Rabu, 10 Desember 2025 - 16:52 WIB

IBLAM FAMILY Goes To Jogya Tahun 2025 bersama Dirgantara AIA Tour Travel Depok

Berita Terbaru