Kebumen, Jawa Tengah dikenal sebagai kota santri, hal itu melihat jumlah pesantren yang ada di kabupaten tersebut. Meski demikian, di Kebumen masih umum dan masih banyak pesantren-pesantren yang belum berizin.
Kemudian, menariknya juga, pesantren-pesantren yang dikenal cukup tua di Kebumen itu masih cukup lazim yang belum berizin, berbeda dengan pesantren-pesantren yang baru yang biasanya langsung didaftarkan perizinannya.
Terlihat, pesantren-pesantren yang belum berizin kebanyakan pesantren yang bernafaskan Annahdliyah. Sebagaimana Pesantren Raudlatut Tholibin di Bumirejo Kebumen, dan lainnya.
Meskipun banyak pesantren yang belum berizin, namun secara pendidikan keagamaannya terkadang tidak kalah dengan yang sudah berizin. Bahkan banyak masyarakat justru mengakui, pesantren yang belum memiliki izin di Kemenag, output kualitas santrinya dalam baca kitab justru terkadang lebih teruji, yang terkadang berbeda dengan pesantren yang berizin. Masih adanya pesantren yang belum berizin dikarenakan sejumlah faktor, mulai dari kondisi ekonomi pesantren, syarat administrafif yang belum terpenuhi, dan lainnya.
“Saya melihat, pesantren di Kebumen yang belum memiliki izin, seringkali santri-santrinya jutru baca kitab kuningnya jago-jago, berbeda dengan pesantren yang berizin. Coba cek santri pesantren yang berizin, bisa jadi 90 persen santrinya tidak bisa baca kitab. Ini pandangan pribadi yang perlu dilakukan survey,” kata Arif, warga Kebumen.