Jakarta, Siaran Indonesia – Sebuah buku yang merangkum nilai-nilai pengasuhan keluarga mantan Wakil Presiden RI ke-6, Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno, resmi diluncurkan pada Sabtu (15/11) di The Ballroom Djakarta Theater XXI.
Buku berjudul “Filosofi Parenting Try Sutrisno” ini menghadirkan refleksi tentang pola asuh dari seorang prajurit yang menyeimbangkan disiplin, ketegasan, kasih sayang, spiritualitas, dan nasionalisme dalam keluarga.
Acara peluncuran dihadiri sejumlah tokoh nasional, keluarga besar, sahabat dekat, serta para pemimpin lintas generasi. Peluncuran ini sekaligus menjadi momentum perayaan usia ke-90 Pak Try Sutrisno, yang hingga hari ini masih dihormati sebagai figur teladan dalam kepemimpinan dan kehidupan keluarga.
Dalam sambutannya, Adhyaksa Dault sebagai penyusun buku, bersama Luqman Hakim Arifin, Mujib Rahman dan Maria Dominique, menegaskan bahwa filosofi pengasuhan Pak Try adalah warisan penting bagi keluarga Indonesia.
“Selama puluhan tahun kita hanya mengenal Pak Try sebagai prajurit dan pemimpin bangsa. Buku ini memperlihatkan sisi lainnya: seorang ayah yang sederhana, penuh nilai, dan konsisten menanamkan integritas, disiplin, iman, serta cinta tanah air di rumahnya,” ujar Adhyaksa.
“Nilai-nilai dan gaya parenting Pak Try masih sangat relevan bagi keluarga Indonesia hari ini, khususnya para orangtua mudq,” tambahnya.
Adhyaksa juga menekankan bahwa filosofi pengasuhan Pak Try berpijak pada empat pilar: Islam, nilai Jawa, disiplin seorang prajurit, dan nasionalisme yang kuat.
Sementara itu, Dr. Taufik Dwicahyono (Cheppy), salah satu putra Pak Try, tampil sebagai perwakilan keluarga. Ia menyampaikan bahwa pola asuh kedua orang tuanya dibangun dari hal-hal sehari-hari yang sederhana namun konsisten.
“Papa tidak pernah banyak bicara, tetapi kami belajar dari caranya hidup. Dari sepatu lungsuran, dari menolak privilese, dari keteguhan dan kejujuran beliau. Semua itu membentuk kami menjadi manusia yang berdiri dengan kaki sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya, nilai-nilai yang diajarkan Pak Try tak hanya membentuk anak-anaknya, tapi juga mengalir ke cucu-cucunya—generasi baru yang kini hidup di era digital tapi tetap berpijak pada prinsip luhur keluarga Indonesia. “Parenting Papa tidak berhenti pada nasihat, tapi keteladanan,” tambanya.
Peluncuran buku ini juga menyentuh sisi emosional para tokoh bangsa yang hadir. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang turut hadir, mengenang momen pertama melihat Try Sutrisno muda di Akademi Militer: “A new star was born,” kata SBY—kutipan yang mewakili kekaguman generasi sejawat terhadap integritas Try Sutrisno sejak masa remaja.
Meski ditulis dengan riset panjang, buku terbitan Renebook ini menyajikan format yang jauh dari kemewahan: soft cover, kertas book paper, ringan digenggam—seolah menegaskan kesederhanaan yang menjadi nafas hidup keluarga Try.
“Buku ini tidak dibuat untuk gaya,” kata Adhyaksa, “tetapi agar para orang tua di seluruh Indonesia bisa membacanya dengan mudah, membawanya ke mana-mana, dan mengamalkannya.”
Lebih dari sekadar biografi biasa, Filosofi Parenting Try Sutrisno menjadi cermin bagi publik tentang bagaimana nilai dibangun, ditanam, dan diteruskan. Bahwa membentuk manusia bukanlah pekerjaan instan, bukan pula tugas fasilitas—tetapi buah dari keteladanan yang konsisten.
Buku setebal 336 halaman ini pada dasarnya merangkum cerita-cerita pribadi ketujuh putra-putrinya tentang pola asuh kedua orang tuanya—sebuah filosofi yang bertumpu pada keteladanan, kedisiplinan, kemandirian, kesederhanaan, spiritualitas, dan nilai kebangsaan.
Di usianya yang ke-90 Pak Try menutup acara dengan kalimat yang mengendap di telinga para tamu: “Bangsa ini tidak cukup dibangun dengan senjata, ekonomi atau politik. Bangsa yang kuat lahir dari keluarga yang kuat.”























