Siaranindonesia.com, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggeliatkan pendederan tiram mutiara untuk meningkatkan produksi mutiara.
Tb. Haeru Rahayu, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), mengatakan bahwa pemerintah hadir menjamin usaha budidaya mutiara ini terus berkembang.
“Salah satu upayanya adalah mendorong hatchery–hatchery tiram mutiara yang melakukan pemuliaan induk untuk memproduksi induk dan benih unggul tiram mutiara sehingga menjaga ketersediaan induk tiram mutiara di alam dalam proses produksi mutiara,” kata Tb. dalam keterangan resminya, Senin (3/6/2024).
KKP melalui Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem dan Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok terus bersinergi dan kolaborasi dengan hatchery tiram mutiara baik milik pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kegiatan pemuliaan induk tiram mutiara hingga produksi induk dan benih tiram mutiara berkualitas.
“Dengan begitu harapannya, kualitas, kuantitas, serta daya saing produk mutiara Indonesia terus meningkat dan berkelanjutan, hingga terus menjadi negara pemasok mutiara dunia,” papar Tb.
Segmentasi produksi mutiara terbagi menjadi tiga yaitu pembenihan, pendederan dan produksi mutiara. “Pembudidaya tidak harus memelihara tiram mutiara dari benih hingga menghasilkan mutiara. Sebab itu perlu waktu yang lama. Namun bisa menggeliatkan pada segmentasi usaha pendederan saja,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya, Gemi Triastutik.
Pendederan tiram mutiara, merupakan pemeliharaan dari ukuran spat 1 – 2 cm, hingga menjadi tiram ukuran 6 – 9 cm dan siap insersi (10 cm atau lebih), menjadi salah satu segmen usaha yang potensial bagi masyarakat pesisir. Sebab segmentasi usaha pendederan tiram mutiara cukup mudah dan murah.
“Melalui usaha pendederan, pembudidaya tiram mutiara dengan modal yang murah, karena tidak memerlukan pakan. Hasil produksinya berupa tiram mutiara ukuran 10 cm yang siap diinsersi, bisa langsung dijual kepada perusahaan perusahaan produksi mutiara,” jelas Gemi.
Plt. Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok, Wawan Cahyono Ashuri juga menyampaikan harga jual tiram mutiara yang siap diinsersi sangat menjanjikan, bisa mencapai harga hingga Rp 2.500 per cm, tergantung kesepakatan dengan perusahaan produksi mutiara.
Wawan menjelaskan segmentasi produksi tiram mutiara dimulai dari Pembenihan yaitu pemijahan, pemeliharaan larva dan panen spat memerlukan waktu sekitar 45 hari per siklus.
Pendederan dimulai dari persiapan longline, penebaran tiram kecil (spat), penjarangan dan pemeliharaan hingga menghasilkan tiram mutiara yang siap insersi memerlukan waktu sekitar 20 bulan per siklus.
Tahapan selanjutnya adalah produksi mutiara yaitu persiapan longline, persiapan penebaran, pemeliharaan, sampling dan observasi hingga panen mutiara memerlukan waktu selama 19 bulan per siklus.
“Segmentasi yang menjadi pilihan terbaik bagi pembudidaya adalah pendederan untuk menghasilkan tiram mutiara siap diinsersi,”papar Wawan.
BPBL Lombok telah melakukan inisiasi pembenihan dan pendederan tiram mutiara sejak 2000. Selanjutnya pada 2010 mulai melakukan pembinaan kelompok masyarakat pembudidaya tiram mutiara dengan melakukan pendampingan teknis dan bantuan benih tiram mutiara.
Salah satu kawasan pendederan tiram mutiara binaan BPBL Lombok berada di Desa Pulau Kaung Kabupaten Sumbawa. Hasil pendederannya dapat dibeli oleh perusahaan – perusahaan mutiara sebagai bahan baku tiram mutiara yang siap insersi.
Merujuk data ITC Trademap 2022, Indonesia merupakan negara eksportir mutiara terbesar ke empat di dunia setelah Hong Kong, Jepang dan China, dengan nilai penjualan mencapai US$55 juta atau setara Rp825 miliar.
Negara tujuan ekspor utama mutiara Indonesia adalah Jepang (47,6%), Hong Kong (31,6%), dan Australia (18,9%).
Nilai permintaan pasar mutiara global cenderung meningkat dalam 3 tahun terakhir. Pada 2020 nilainya sebesar US$483 juta, pada 2021 sebesar US$862 juta dan 2022 sebesar US$1 miliar.
“Ini artinya potensi pasar mutiara di tingkat global masih terbuka lebar. Dengan melihat potensi nilai ekspor mutiara Indonesia yang cenderung naik secara signifikan dari tahun ke tahun, untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia yang selalu meningkat,” kata Tb.
Editor : Annisa Katrin