Siaranindonesia.com, AMBON – Bea Cukai Ambon melayani ekspor 8,55 ton nutmeg (pala) milik PT Kamboti Rempah Maluku ke Belanda, pada Selasa (21/5/2024).
Diketahui, ekspor 8,55 ton pala tersebut senilai 84.084,5 Euro. Seluruh barang ekspor tersebut dimuat ke kapal Meratus Pariaman dengan tujuan ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan selanjutnya di-restuffing ke kontainer ekspor yang berangkat ke Belanda.
“Setelah melewati pengujian yang panjang, akhirnya 8,55 ton pala dari Maluku milik PT Kamboti Rempah Maluku berhasil diekspor ke Eropa,” ujar Plt. Kepala Seksi KIP Bea Cukai Ambon, Yusuf Nasution.
Eksportasi ini menjadi bukti nyata kolaborasi dan sinergi yang baik antara eksportir, Pemda Maluku, termasuk Disperindag Maluku beserta BKHIT Maluku, dan instansi terkait.
Untuk mendukung peningkatan ekspor dari wilayah Maluku, Bea Cukai Ambon berkomitmen akan terus memberikan pelayanan prima,” tegas Yusuf.
Seperti dilansir investasimaluku.info, Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon dari kepulauan Banda, Maluku. Nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan penting sejak masa Romawi.
Myristica fragrans, tinggi pohonnya 4–10 m dan dapat mencapai 20 meter dengan bentuk konopi agak pyramidal sampai pyramidal, bentuk daun ibivat, bentuk buah bulat sampai oval, warna kulit buah kuning gading dan warna fuli merah darah.
Buah Pala dapat dipanen berumur 7-9 bulan. Tanaman pala banda yang dijumpai dibanda ada yang telah berbuah pada umur 3 tahun. Umumnya bersifat diosius atau berumah dua dan sering juga dijumpai yang monosius atau berumah satu.
Jenis pala Banda telah lama dikenal didunia, karena memiliki kualitas terbaik dibandingkan dengan jenis pala lainnya, jenis ini telah lama dibudidaya dalam bentuk perkebunan rakyat di kepulauan Maluku. Melalui Keputusan Menteri Pertanian No.4059/Kpts/SR.120/12/2009 tanggal 28 Desember 2009 melepaskan pala varietas Banda sebagai varietas unggul.
Dibandingkan dengan jenis Pala lainnya, Pala Banda memiliki keunggulan antara lain stabilitas produksi tinggi dari tahun ke tahun setelah berumur 15 tahun, dan harga jual produk yang paling tinggi. Harga biji dan fuli kering mencapai Rp. 90.000/kg dan Rp.120.000/kg.
Selain itu, kadar komponen atsiri utama yaitu miristisin yang berdasarkan pengujian paling tinggi (diatas 10 %) diantara jenis pala yang ada, aroma minyak atsiri yang dihasilkan sesuai untuk bahan baku industri parfum, dan umur berbunga paling cepat yaitu 3 tahun.

Bagaimana kabar komoditas pala Indonesia?
Berdasarakan data Direktorat Jenderal Perkebunan, produksi pala Indonesia tahun 2018 sebesar 36.242 ton dengan luas area tanam 202.325 ha. Provinsi Maluku Utara masih menjadi sentra pala terbesar, kemudian disusul provinsi Aceh, Maluku, Papua Barat, dan Sulawesi Utara.
Daerah penghasil produksi pala terbesar tahun 2018 adalah Maluku Utara yang memproduksi pala sebesar 8.325 ton. Kemudian, pala asal Aceh sebesar 6.273 ton, Maluku 5.774 ton, Papua Barat 5.675 ton, dan Sulawesi Utara 5.201 ton.
Penguasaan pala Indonesia di pasar global juga terbilang cukup baik. Bahkan Indonesia masih menjadi negara penghasil pala terbesar kedua di dunia setelah Guatemala pada 2009 hingga 2013.
Indonesia sebagai produsen dan pengekspor biji pala, fuli pala, dan minyak pala terkemuka dunia yang memiliki market share atau penguasaan pasar dunia mencapai 26,71 persen.
Aroma, cita rasa pala Indonesia yang khas, dan rendemen minyak yang tinggi menjadi daya tarik bagi pasar luar negeri, khususnya Eropa. Pala juga masih menjadi komoditas ekspor unggulan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, perkembangan volume ekspor pala Indonesia selama periode 1980-2018 cukup fluktuatif, tetapi cenderung meningkat.