Siaranindonesia.com-Saya mendapat hadiah buku berjudul ‘Ekospiritual dalam Pandangan Al Quran’ yang diserahkan langsung oleh penulisnya, Dr. KH Encep Hidayat, MA. Buku ini merupakan disertasi beliau di PTIQ Jakarta.
Secara sederhana ekospiritual bermakna kesadaran untuk memelihara lingkungan, yang dilandasi oleh iman kepada sang Pencipta. Perpaduan antara kesadaran agama dan kesadaran ekologi telah menyebabkan tumbuhnya gerakan lingkungan hidup yang bermotif spiritual.
Kesadaran itu, tentu saja dilandasi dari ajaran agama yang dianut. Dalam semua keyakinan dan agama-agama besar dunia, terdapat ajaran tentang keharusan manusia memelihara bumi. Dalam kristen terdapat pada Mazmur: 104 dan Amsal: 19-22. Di sana dijelaskan dengan sangat jelas bahwa semua yang diciptakan-Nya berharga. Dan kewajiban manusia memelihara kelestarian lingkungan.
Pada ajaran Budha ada istilah patticca sammupada. Hukum sebab akibat, antara manusia dengan alam. Manusia baik kepada alam, maka alam akan baik kepada manusia. Begitu pula sebaliknya. Dalam Hindu ada istilah Palemahan. Begitu dalam ajaran Yahudi dan Konghucu. Semua mengajarkan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Tapi, Islam melalui al Quran, adalah yang paling lengkap dalam menjelaskan ekospiritual. Setelah melakukan analisis mendalam, Kiai Encep, dalam buku tersebut menemukan empat term dan konsep al Quran tentang ekospiritual. Pertama term Alam Raya Bertasbih (at Tasbih), kedua Alam Raya Bersujud (as Sajada), ketiga Alam Raya Berzikir (adz Dzikr) dan keempat Alam Tunduk Kepada Taqdir ( at Taqdir). (Hal 138).
Al Quran menyebut manusia sebagai khalifah. Dengan segala fasilitas kebaikan yang dikaruniakan Tuhan, ia menjadi pengayom, dan menjaga kestabilan semesta. Merawat dan melestarikan alam adalah tugas utama seorang manusia sebagai khalifah. (Hal 237)
Secara praksis, konsep ekospiritual Islam dilakukan oleh Nabi dengan sangat sempurna. Beliau mempraktekkan hubungan yang memuliakan semua makhluk ciptaan Allah dengan sebaik-baiknya. Beliau memuliakan semua manusia, baik muslim maupun non muslim. Beliau memuliakan tanaman. Beliau memuliakan hewan. Beliau juga yang dengan sangat indah memuliakan alam dan seisinya.
Nabi yang mulia memerintahkan kita menanam pohon, dan melarang kita menebangnya dengan sia-sia. Nabi meminta kita memuliakan hewan ternak yang akan disembelih. Beliau memerintahkan kita supaya menajamkan bilah untuk mengurangi rasa sakit.
Dalam al Quran yang mulia Allah berfirman “Wama arsalnaka illa rahmatan lil’alamin ”kami tidak mengutus engkau Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam (Al Anbiya:107)
Baginda Nabi bersabda, “Tidak seorang pun Muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah untuknya.” (HR Bukhari)
Dan, “Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu.” (HR. Bukhori).