Kegiatan Kerja Sama Kampanye Stunting BKKBN-Hj Nurhayati di Manonjaya Kab.Tasikmalaya.
Kerja sama mengampanyekan percepatan penurunan stunting terus berjalan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jabar dengan Komisi IX DPR RI, Jumat (9/2/24), kembali melancarkan itu di wilayah timur Kab.Tasikmalaya.
Dihadiri ratusan warga berbagai kalangan. Tepatnya kegiatan edukasi itu dikonsentrasikan di GOR Futsal Center Manonjaya. Menjadi pemateri dalam acara, anggota Komisi IX DPR RI Hj Nurhayati Effendy, Ketua Tim Kerja Pelatihan dan Pengembangan SDM BKKBN Jabar, Elma Triyulianti.
Mengawali acara Ketua Tim Kerja Hubungan Antar-Lembaga, Advokasi, KIE BKKBN Jabar, Herman Melani menyampaikan maksud kegiatan. Ia cukup menyambut Hj Nurhayati yang terus peduli tekan stunting. Masyarakat semakin memahami pentingnya terlibat. Diharapkannya, apa yang didapat peserta diteruskan kepada warga lainnya.
Mewakili peserta, pemuka agama KH Miftah Farid, mengaku senang bisa bertemu bersilaturahim. Disampaikan ucapan selamat datang. Terlebih dengan kegiatan yang diyakininya bermanfaat. Dilaksanakan orang-orang yang amanah.
Memasuki sesi inti edukasi, Hj Nurhayati mengingatkan warga untuk mencegah terkena stunting sejak dini. Sejak seorang ibu mengandung. Bahkan sejak pasangan-pasangan yang siap menikah atau calon pengantin.
“Kalau semua ibu berpikiran bahwa investasi jangka panjang kita adalah anak, tentunya akan mengasuh memperhatikannya dengan baik. Anak terkena stunting dicirikan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang”, ucapnya.
Seorang anak terkena stunting, sambungnya, bisa saja itu semasih dalam kandungan. Dia punya potensi risiko stunting karena ibunya mengalami kurang gizi. Kondisi itu terlihat kalau di-USG. Berat badan dan panjang janinnya tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Kehamilan yang sehat, bayinya juga sehat. Di sini pentingnya makanan-makanan bergizi seimbang. “Tidak berarti pula makanan bergizi, berprotein tinggi misal, itu mahal”, sebut Nurhayati sembari mencontohkan, ada ikan lele, tahu-tempe, sampai kacang-kacangan.
Yang diingatkan Nurhayati berikutnya, para remaja yang kelak nikah, hendaknya ia memersiapkan diri. Menjaga kesehatan. Tidak menikah di usia muda sebab berisiko dengan kesiapan organ-organ reproduksi.
Untuk menuju Indonesia maju, perlu generasi cerdas, berkualitas. “Anak-anak kita akan menjadi generasi mendatang. Dorong Indonesia punya pemimpin-pemimpin hebat. Bantu jika ada yang terkena stunting. Jangan sampai ada anak kita yang tidak sekolah”, ajak Nurhayati.
/𝙏𝙖𝙨𝙞𝙠𝙢𝙖𝙡𝙖𝙮𝙖 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞 𝙨𝙩𝙪𝙣𝙩𝙞𝙣𝙜/
Menjadi sorotan pula dalam bahasan, Kabupaten Tasikmalaya, saat ini termasuk daerah dengan prevalensi stuntingnya yang tinggi, sebesar 27,2%. Angka itu laporan untuk tahun 2022. Untuk laporan tahun 2023 belum keluar datanya.
Tapi, pada laporan lain penanganan daerahnya sekarang yang bukan merujuk pada SSGI sudah di 14,2%. Pastinya lagi jika posisinya sekarang dengan 27,2%, daerah ini menjadi salah satu penyumbang paling tinggi angka stunting di Jawa Barat.
Dari pernyataan Nurhayati dan disiratkan Herman Melani di awal, lantaran angkanya itu, kampanye percepatan penurunan stunting terus diarahkan ke Kab.Tasikmalaya. Dengan harap bisa memberikan informasi-edukasi kepada masyarakat. Bagaimana menurunkan stunting, anak-anak terhindar dari itu, dan ini cukup jadi PR.
/𝘽𝙚𝙧𝙗𝙖𝙨𝙞𝙨 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖/
Di pengujung acara, Elma Triyulianti, masih menambahkan ajakan pada keluarga-keluarga dapat memahami bahaya stunting. “Stunting ini mengancam kualitas dan karakter dari keluarga kita, bayi-bayi kita. Sampai-sampai Bapak Presiden mengeluarkan Perpres 12/2021”, ujarnya.
Di antara isi instruksinya, menugaskan BKKBN menjadi ketua percepatan penurunan stunting. Program percepatan penurunannya kemudian berbasis keluarga, dalam rentang tahun 2021-2024.
Orientasi basis keluarga dengan program terciptanya gerakan besar-besaran hingga adanya perubahan perilaku. mulai dari asupan makanan, pengasuhan kepada anak, sampai menjaga sanitasi, kebersihan lingkungan, dll. (**)