Kebumen, Siaran Indonesia – Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Legislator DPR Dapil 7 Jawa Tengah Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak masyarakat di Kabupaten Kebumen untuk menjaga kerukunan, terlebih di tahun politik atau jelang Pemilu 2024.
Menurutnya, pilihan politik boleh beda, tapi persaudaraan dan pertemanan tetap selamanya. “Jangan karena beda politik, terus kira bertengkar. Silakan pilih yang mana saja sesuai hati nurani. Yang penting jaga kerukunan,”ujar Bamsoet, dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR, di lima kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (16/12).
Ia juga menegaskan pentingnya pendidikan karakter bangsa, mengingat arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang mengakibatkan terjadinya degradasi moral. Arus globalisasi telah menggelontorkan nilai-nilai asing yang dipandang lebih maju dan modern secara membabi buta. Gadget kaya fitur, seperti smartphone, telah membuat anak-anak cenderung anti sosial.
Bamsoet menjelaskan, degradasi moral adalah sebagian dari sekian banyak persoalan yang dihadapi seiring laju perkembangan zaman. Hal itu terjadi akibat masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama secara komprehensif.
“Ajaran agama dimaknai secara sempit, tergerusnya sikap toleransi, berkembangnya paham ekstremis bahkan munculnya sikap dan perilaku yang menegasikan Pancasila sebagai dasar negara,” ucapnya
Acara turut dihadiri antara lain oleh Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Kebumen Halimah Nurhayati, Anggota DPRD Kabupaten Kebumen Partai Golkar Pawit, Caleg DPRD Provinsi Jawa Tengah Partai Golkar Dapil Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen Dwi Nugroho Marsudianto serta para Caleg Partai Golkar DPRD Kabupaten Kebumen.
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, terpinggirkannya ideologi bangsa tercermin dari hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) yang dirilis pada Mei 2023. Sekitar 83,3 persen pelajar SMA berpendapat bahwa Pancasila dapat diganti.
Sebelumnya, Survei Komunitas Pancasila Muda pada 2020 menunjukkan sekitar 19,5 persen generasi muda menganggap Pancasila hanya sekedar istilah yang tidak dipahami maknanya. Sedangkan Survei SMRC pada 2022 memperlihatkan bahwa dari tingkat yang paling elementer sekalipun, pengetahuan dasar masyarakat tentang Pancasila masih belum optimal.
“Teknologi informasi turut memiliki andil terjadinya degradasi moral. Keasyikan berselancar di dunia maya telah merenggut waktu-waktu bersama keluarga, yaitu waktu di mana nilai-nilai kearifan lokal kita diajarkan. Dampaknya, nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, adab sopan santun, penghormatan terhadap adat dan budaya, menjadi ‘barang asing’ bagi generasi muda bangsa,” kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI ini menambahkan untuk membangun benteng ideologi haruslah termanifestasi pada langkah-langkah yang terintegrasi pada semua lini. Penanaman nilai-nilai Pancasila harus menyentuh segenap elemen bangsa, mengisi seluruh dimensi ruang publik, serta hadir konsisten dalam ruang akademik.
“Guna membangun generasi bangsa yang berhati Indonesia dan berjiwa Pancasila, dibutuhkan komitmen dan kesadaran kolektif dari segenap elemen bangsa untuk bahu-membahu, bergotong royong, bekerja sama dan bekerja bersama, serta mengedepankan prinsip sinergi dan kolaborasi. Harus menjadi kesadaran kolektif bahwa proses internalisasi dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara masif, sehingga menjangkau seluruh elemen masyarakat,” pungkas Bamsoet. (Albar)