SiaranIndonesia.com – Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa Jordania adalah negara terbanyak di dunia yang ditempati para pengungsi Palestina. Jumlah pengungsi Palestina di sini mencapai 4,5 juta jiwa. Karena itu Jordana banyak dikunjungi negara-negara donor.
Indonesia termasuk negara yang rutin mengirimkan bantuan ke Jordania, melalui salah satu relawannya Eko Sulistio. Ia kerap bolak balik Indonesia-Jordania untuk menyalurkan bantuan dari rakyat Indonesia untuk para pengungsi Palestina di Jordania.
Kali ini pada bulan suci Ramadhan, ia kembali mendatangi Jordania sejak 25 Maret sampai 10 Mei 2023. Ia terus mendistribusikan bantuan untuk warga Palestina yang tersebar di camp-camp pengungsian.
Eko mengungkapkan, ada beberapa alasan mengapa dirinya masih terus aktif mengirimkan bantuan untuk para pengungsi Palestina di Jordania, dan Suriah. Pertama, seperti yang telah disebut bahwa banyak negara-negara donor yang saat ini menghentikan bantuan untuk mereka karena alasan keamanan dan kebijakan negaranya.
“Sementara mereka selama ini tidak diakui sebagai warga negara Jordania dan tidak punya hak untuk bekerja. Mereka hidup hanya mengandalkan bantuan dari negara donor. Mau pulang pun tidak bisa karena negaranya masih dilanda konflik, rumah tidak punya lagi hancur akibat perang,”ujar Eko saat dihubungi, Ahad (16/4).
Kedua, kondisi para pengungsi Palestina di Jordana masih sangat memprihatinkan. Saat musim dingin seperti sekarang ini, suhu udara bisa 3⁰celsius sampai 5⁰ celsius. Mereka sangat kekurangan alat perlengkapan musim dingin. Obat-obatan dan klinik kesehatan juga tidak ada.
“Perlu diketahui Jordania adalah negara penampung terbesar pengungsi Palestina. Setidaknya ada 4,5 juta jiwa warga Palestina yang mengungsi di Jordania, dan kurang lebih 1,5 juta jiwa warga Suriah,” ungkap Eko yang sudah dikenal sebagai relawan kemanusiaan di berbagai negara dunia.
Di Jordania, lanjut Eko, mereka tersebar di 14 camp pengungsian terbesar, dan sisanya ada 50 titik camp yang tersebar di perbatasan antara Jordania dan Suriah. Pihaknya pun fokus pendistribusikan bantuan di lima titik camp pengungsian, yakni:
Pertama di Camp Huwaizah, Provinsi Mafraq, perbatasan Jordania dengan Suriah. Kedua, Camp Gaza, Provinsi Jerash. Ketiga Camp Suk’Nah, Provinsi Zarqo. Empat, Camp Irbid, dan terakhir ada di Camp Mahatoh, provinsi Amman.
Adapun bantuan yang diberikan kepada mereka yakni: 1000 paket berbuka puasa, 500 paket bahan pangan, 1000 galon air bersih, 500 paket bahan pangan keluarga, 5000 pack biskuit, dan 5000 makanan siap saji.
Bantuan bersumber dari beberapa lembaga lembaga kemanusiaan di Indonesia, seperti Yayasan Al Furqon, Magelang, Yayasan INFAQU, Yayasan Amal Malaysia dan bantuan yang sifatnya pribadi. “Alhamdulillah terima kasih kepada para donatur, bantuan sudah kita berikan sesuai peruntukannya. Semoga menjadi amal jariah di akhirat kelak,” terang Eko.
Selama di sana, Eko dibantu para mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jordania. Beberapa kendala yang kerap dihadapi adalah, jumlah bantuan tak sebanding dengan jumlah pengungsi. Camp pengungsian tersebar di banyak tempat dengan lokasi yang jauh. Butuh waktu yang lama untuk sampai lokasi.
Kemudian suhu yang sangat dingin, kendaraan sulit, dan minimnya bantuan dari negara-negara donor. Eko berharap situasi seperti ini bisa berangsur membaik. “Saya yakin rakyat Indonesia masih terus ada di pihak Palestina, dan kepedulian terhadap mereka tidak akan pernah surut. Kita semua menentang penjajahan Israel atas Palestina,” tandasnya. (Al)