Siaranindonesia.com – Dunia semakin menua dengan berbagai permasalahannya. Mulai dari kekurangan pangan – kelaparan makin meluas, keamanan pangan, dan kesehatan yang rentan termasuk didalamnya penyakit yang ditularkan melalui pangan.
Hal ini disampaikan Sekretaris PIMDA Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Provinsi Papua Pegunungan, Rumin Calvin Wenda, SE, di Wamena (4/4/2023).
“Pangan adalah kebutuhan dasar setiap manusia dan ini yang menjadi tantangan di Papua mengingat kondisi pangan disini masi rawan. Lebih jauh, persoalan gizi di Papua dihadapkan pada tiga masalah sekaligus yakni gizi kurang (stunting), obesitas, dan kurang gizi mikro atau biasa disebut kelaparan tersembunyi,” ujar lelaki yang biasa dipanggil RCW itu.
Masalah tersebut memang bukan saja akibat tingkat produksi pangan yang rendah (terutama beras), namun juga akibat perubahan pola konsumsi dari umbi-umbian ke beras sehingga menciptakan ketergantungan pada komoditas yang secara alam dan budaya kurang cocok dengan rakyat Papua Pegunungan.
“Perubahan pola makan ini berdampak pada tingginya bahan pangan yang didatangkan dari wilayah lain penghasil beras di Indonesai. “Dan yang patut di ketahui pula bahwa kini telah ada penyakit yang menular melalui pangan akibat mikroorganisme maupun kimia membuat beban kesehatan masyarakat,” lanjutnya.
Ditengah situasi itu, tingkat produktifitas pangan yang dihasilkan di Papua Pegunungan secara khusu dan Papua pada umumnya masih rendah terutama padi dan pangan strategis lainnya.
RCW menjelaskan, rendahnya produktfitas ini akibat sebagian besar bercocok tanam di Papua masih menggunakan cara-cara tradisional dan masih berorientasi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, belum sampai ke agribisnis.
Sumber daya alam Papua sangat kaya, kelemahan di sektor pertanian adalah sumber daya manusia petani dan akses serta pemerataan teknologi pertanian yang masih timpang.
Menurutnya kalau masih menggunakan cara-cara tradisional maka pasti produksi kita rendah dan tidak efisien. Akibatnya petani tidak akan pernah sejahtera dan yang menikmati keuntungan adalah para pedagang-pengusaha agribisnis.
Oleh karenanya, RCW berharap pemerintah daerah harus punya keberpihakan pada urusan pangan – kesehatan. Harus ada desain kebijakan-program yang terintegrasi yang melibatkan multi stakeholder. Termasuk berkolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi dan kelompk masyarakat sipil yang konsen pada urusan ini.
Misalnya bagaimana menggiatkan pendampingan dan pelatihan pertanian hulu-hilir. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat Papua berbasis potensi wilayah akan membuat kehidupan ekonomi rakyat Papua Pegunungan akan lebih baik.
***