Jakarta – Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menjadi Viral di media lantaran ucapannya yang menyebut Presiden Joko Widodo ibarat Firaun, Luhut Binsar Pandjaitan ibarat Haman, serta Anthony Salim sembilan naga ibarat Qorun.
Cak Nun menyampaikan hal itu melalui sebuah video berjudul ‘Mbah Nun Kesambet’ yang diunggah di channel YouTube, CakNun.com, Selasa (17/1/2023) malam.
Padahal, di depan keluarga dan forum Maiyah dirinya selalu mengajarkan agar selalu memikirkan konsekuensi dari sebuah ucapan. Apa yang keluar secara lisan semestinya disertai kebijaksanaan dari penuturnya.
Ketua Umum Masyarakat Pesantren KH. Hafidz Taftazani menilai, meskipun Emha Ainun Najib melayangkan hujatan kepada Jokowi, namun secara umum dia sedang punya bidikan.
“Santri-santri Gontor yang pernah belajar dengan pelajaran yang sama dengan dia waktu itu, tentang ushul fiqih dimana ada kaidah disana yg mengatakan bahwa alqiyashi ma’al farq bathil. Mengqiyaskan sesuatu dengan yang tidak sama itu adalah batal atau tidak sah atau tidak benar,”ucap Kiyai Hafidz yang juga alumni Gontor, Kamis (26/1/2023).
Dari sisi mana ketidakbenarannya?, menurut Kiyai Hafidz, jika diqiyaskan maka yang satu adalah Presiden Indonesia Joko Widodo sedangkan yang satunya adalah raja angkara murka yaitu Fir’aun.
“Yang lebih lagi, Jokowi adalah presiden seorang muslim ditengah-tengah umat islam yang begitu besar, berbeda dengan fir’aun yang betul-betul kafir dan melawan pada Allah SWT,” ujarnya.
Dari sisi itu, Qiyas yang dipakai oleh MH Ainun Najib tidak benar dan salah jika MH Ainun Najib mengqiyaskan sesuatu tidak berdasarkan akidah ushuliyah.
Menurut Kiyai Hafidz, kalau mau menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang tidak ada kesamaan itu tidak boleh. Oleh karena itu, maka harus kembali pada ayat Al Qur’an yang menyatakan Ud’u ila sabili rabbika bilḥikmati wal mauizatil-ḥasanati.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
Tentu di dalam ini kalau mau menyampaikan sesuatu di jalan Allah harus dengan hikmah. paling tidak ‘Maju’idotul Hasanah’ harus menjadi pegangan Kiyai. s
“Sekelas Ainun Najib walau dibilang sebagai budayawan tapi dia dianggap sebagai budayawan muslim yang semua orang tahu bahwa dia alumni Gontor, yang semua juga tau bahwa dia budayawan agamis. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi contoh siapa saja apalagi mau memasuki tahun politik,” papar Kiyai Hafidz.
Karena pada tahun politik, apa saja yang perlu diekspos ya di ekspos kemudian menjadi gaduh.
“Ainun Najib mungkin sedang keliru atau ingin menyampaikan sesuatu tapi landasan agamanya terlupakan, kita hanya mengingatkan saja sesama alumni sehingga kita jadilah alumni yang betul-betul bil hikmah wal mauidotil Hasanah. Apapun itu, kita bangga punya budayawan MH Ainun Najib,”pungkasnya.