Jakarta, Siaran Indonesia.com – Apa yang dilakukan anak-anak SMAN 3 Jakarta patut mendapat apresiasi. Pasalnya, saat para siswa lain sibuk menikmati libur semester, beberapa siswa SMAN 3 Jakarta justru memilih menghabiskan masa liburan untuk membantu masyarakat korban bencana gempa Cianjur, Jawa Barat.
Selama kurang lebih dua minggu di sana, lima orang siswa siswi SMAN 3 Jakarta yang tergabung dalam organisasi pencinta alam Sabhawana ini melebur bersama relawan dan masyarakat untuk berkegiatan sosial di sana, dari mendistribusikan bantuan, menghibur anak, sampai ikut membantu pembuatan sekolah darurat.
Pendirian sekolah menjadi sangat penting di sana untuk keberlangsungan proses belajar mengajar. Dimana anak-anak harus bisa tetap sekolah mengenyam pendidikan, meski banyak gedung sekolah di Cianjur yang ambruk terkena gempa.
“Selama berada di lokasi bencana, kita berlima dari SMAN3 Jakarta ikut bergabung bersama relawan dan masyarakat untuk berkegiatan sosial dari pembuatan shelter atau huntara sampai ikut membantu pembangunan sekolah darurat agar siswa di sini tetap bisa melanjutkan sekolah,” ujar Tubagus Faturahman (18) siswa kelas (XII) kepada awak media, Senin (2/1/2023).
Fatur menyebut ia bersama teman-temannya turut membantu pembuatan sekolah darurat di SDN Cimanahayu, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur. Di sana ada dua sekolah yang mereka bangun dan menjadi prioritas utamanya.
“Karena mereka akan mulai belajar pada 9 Januari 2023, jadi saya sendiri sebagai siswa yang masih sekolah juga ingin anak-anak SD di sini kembali belajar di sekolah, meski tempatnya sederhana, yang penting mereka bisa belajar dan berkumpul bersama teman-teman yang lain,” ucapnya.
Fatur menjalankan tugasnya bersama Ahmad Aji Indrayana (17) kelas (XI), Ega Pasha (18) siswa kelas (XII), Gunadi (18) kelas (XII) dan satu orang perempuan, yakni Armin Siti Haryanti atau yang akrab disapa dengan sebutan Arsi (17) kelas (XI).
Sementara itu, Arsi juga sedikit menceritakan pengalamannya selama berada di lokasi bencana di Cianjur. Meski ia satu-satunya perempuan dari SMAN 3 Jakarta, ia merasa tak canggung untuk ikut membantu masyarakat dalam misi kemanusiaan tersebut.
“Canggung sih nggak, karena dari awalnya niatnya mau ikut membantu apa yang kita bisa bersama teman-teman. Alhamdulillah semua dimudahkan, sudah ada 13 shelter yang kita bangun, kemudian mushala darurat, selain dua sekolah darurat tadi,” ucapnya.
Arsi merasa dua minggu terasa belum cukup untuk ikut berkegiatan sosial di sana. Namun, apa boleh buat ia bersama teman-teman harus balik ke Jakarta pada 31 Desember 2022 karena pada Senin 2 Januari 2023 harus kembali masuk sekolah.
“Kalau boleh bilang sebenarnya masih ingin di sana, dua minggu belum cukup masih banyak pekerjaan yang belum selesai. Tapi apa boleh buat kita harus kembali ke Jakarta untuk sekolah, karena sekolah tetap yang utama, itu kewajiban kami sebagai siswa, tapi paling tidak kita semua sudah mendapat pengalaman yang berarti selama di Cianjur, biasa berbaur dengan masyarakat, ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Bagi kami itu sudah sesuatu yang menyenangkan,” ungkapnya.
Arsi mengabarkan kondisi di sana sampai saat ini warga sudah mulai adaptasi dengan keadaan, sudah mulai membaik secara psikis. Namun bangunan di sana masih banyak yang retak, ada juga yang miring rumahnya.
“Yang menjadi kendala adalah beberapa rumah belum diratakan, sehingga kurangnya lahan untuk di bangun huntara. Kemudian di Desa Nyantong masih kurang air bersih mas, waktu saya ke sana mereka mencuci pakaian dan piringnya menggunakan air kolam ikan yang kurang layak,” ucapnya.
Selama ikut penanganan bencana di Cianjur, mereka para siswa ini berada di bawah bimbingan Eko Sulistio selaku alumni SMAN 3 Jakarta dari Sabhawana.
Eko sendiri dikenal sebagai relawan kemanusiaan yang kiprahnya tak diragukan lagi. Ia kerap melakukan aksi penanganan bencana dan kemanusiaan di berbagai daerah di Indonesia termasuk di luar negeri, baik di Somalia, Suriah, Palestina, Pakistan, Myanmar Dll.
“Alhamdulillah selama kita di sini selalu dibimbing oleh senior kami Kak Eko. Beliau yang turut mengajari kami bagaimana melakukan penanganan bencana yang benar, karena kalau tidak prosedur juga bisa membahayakan diri kita, namanya saja lokasi bencana masih ada rawan-rawannya,” ucapnya.
Baik Fatur dan Arsi serta yang lain kembali menegaskan, kedatangan dirinya bersama-sama teman di lokasi bencana murni atas kemauan sendiri, tanpa ada paksaan. Pihaknya juga sudah mendapat izin atau restu dari orang tua masing-masing. Bagi mereka bisa membantu orang lain adalah sesuatu yang menyenangkan. (*)