Cianjur, Siaran Indonesia – Umumnya siswa saat libur semester menggunakan waktunya untuk bermain dan bersenang-senang baik ke luar kota atau berwisata. Namun, tidak semua siswa melakukan hal demikian, ada juga siswa yang memilih mengisi hari liburnya untuk membantu penanganan gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Seperti halnya para siswa dari SMAN 3 Jakarta. Mereka yang tergabung dalam organisasi pencinta alam sekolah Sabhawana memilih mengisi hari liburnya selama dua minggu untuk bergabung bersama relawan membantu penanganan bencana gempa Cianjur yang hingga sampai saat ini masih membutuhkan banyak pertolongan.
Setidaknya ada lima siswa dari SMAN 3 Jakarta yang terlibat aktif membantu masyarakat korban gempa Cianjur. Mereka didampingi oleh relawan Eko Sulistio selaku alumni Sabhawana SMAN 3 Jakarta yang sudah lama dikenal sebagai relawan kemanusiaan di berbagai negara melalui aksi sosialnya.
Lima siswa SMAN 3 Jakarta yang ikut dalam penanganan bencana ini adalah Ahmad Aji Indrayana (17) kelas (XI), Ega Pasha (18) siswa kelas (XII), Tubagus Faturahman (18) kelas (XII), Gunadi (18) kelas (XII) dan satu orang perempuan, yakni Armin Siti Haryanti (17) kelas (XI).
Ega Pasha, salah seorang dari mereka mengatakan, pilihannya untuk ikut dalam penanganan gempa Cianjur saat libur sekolah adalah keinginan pribadinya. Ia bersama teman-temannya sengaja datang dari Jakarta untuk menjadi relawan gempa Cianjur dengan bimbingan para alumni.
“Kita datang ke sini atas kemauan pribadi, bukan karena ada sesuatu hal lain. Waktu awal kita memang sudah punya keinginan membantu saudara-saudara kita di Cianjur, tapi kan waktu itu masih masuk sekolah, jadi kita belum bisa ke sana, menunggu liburan sekolah,” ujar Pasha saat berbagi cerita kepada awak media, Kamis (28/12).
Saat ditanya mengapa tidak memilih untuk berlibur jalan-jalan bersama keluarga atau ke tempat wisata untuk bersenang-senang. Ia menyatakan, kalau tujuannya untuk mencari kesenangan, ia merasa berada di tempat ini juga sangat menyenangkan karena bisa ikut membantu masyarakat Cianjur yang sedang membutuhkan pertolongan.
“Jadi sebenarnya sama-sama senang, yang berlibur juga senang, saya di sini juga senang bisa bersama relawan dan masyarakat membantu penanganan bencana. Karena kalau saya tidak dibawa senang (bahagia) pasti kerja di sini jadi nggak ikhlas, bawanya ngeluh segala macam, pengin pulang ke rumah. Bantu orang yang penting ke ikhlasan,” ucapnya.
Selama berada di Cianjur dari 18 Desember sampai 2 Januari, Pasha bersama teman-temannya turut mendistribusikan bantuan ke kamp-kamp pengungsian, baik bantuan sembako, selimut, alat pembersih diri, kebutuhan balita, air bersih dll.
Tidak hanya itu, para siswa ini juga turut membantu pembuatan Huntara (hunian sementara) atau shelter darurat untuk masyarakat yang terdampak gemba Cianjur, tepatnya di Kampung Sukawarna 1, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Cianjur, dan Kampung Nyantong, Desa Nyalindung kecamatan yang sama.
“Aktivitas selama di sini kita bareng para alumni Sabhawana ikut mendistribusikan bantuan ke kamp-kamp pengungsian, kemudian bantu pembuatan Huntara karena dari mereka belum punya Huntara, sementara rumah sudah hancur, tak bisa ditempati, kemudian kita juga bantu pembuatan Mushala darurat,” ucapnya.
Selain itu, para siswa ini pun turut melakukan psikososial ke anak-anak korban terdampak bencana gempa Cianjur, menghibur mereka berupa story telling, bermain bersama, dan membagikan mainan mainan ke anak-anak, sehingga hati mereka tetap bergembira meski berada di lokasi bencana.
Sementara itu, para alumni Sabhawana SMAN 3 Jakarta sudah lebih dulu berada di lokasi bencana sejak hari pertama kejadian untuk evakuasi dan pencarian korban. Alumni senang adik-adiknya yang masih duduk di bangku sekolah punya kesadaran mandiri untuk ikut membantu penanganan gempa Cianjur saat libur sekolah.
“Kita tidak pernah memaksa mereka untuk datang ke sini, mereka datang atas kemauan sendiri. Bahkan saya sempat bertanya apakah sudah dapat izin dari orangtua belum, kalau belum jangan datang ke sini. Mereka bilang sudah, dan kita juga sudah komunikasi dengan orangtuanya,” ujar Eko alumni Sabhawana.
Eko bersyukur, adik-adiknya mau ikut terlibat dalam misi kemanusiaan. Dengan begitu, kesadaran mereka sudah terlatih untuk senang membantu orang lain. “Di sini mereka bisa belajar, melatih jiwa sosialnya agar peka terhadap kondisi dan lingkungan sekitar, mau membantu terhadap sama dengan suka cita,” ucapnya.
Sampai saat ini, Eko menuturkan kondisi masyarakat yang terdampak gempa Cianjur masih memprihatinkan. Topografi medan yang berbukit-bukit menyulitkan distribusi bantuan semakin sulit. Masih banyak korban yang berada di kamp pengungsian, sebagian korban juga belum ditemukan karena tertimbun longsor.
“Apalagi ini sudah masuk musim penghujan, para pengungsi sangat membutuhkan tenda atau tempat tinggal yang layak. Jadi bisa dikatakan kondisinya saat masih cukup memprihatinkan, jadi masih butuh uluran tangan dari para dermawan,” ucap Eko selaku mentor dari para siswa SMAN 3 Jakarta.