Blitar, Siaran Indonesia.com – Dalam pengembangan bisnisnya, Wakil Ketua Komisi VI DPR Sarmuji menyebut PT Waskita Karya telah banyak melakukan inovasi di tubuh perusahaan, yakni dengan transformasi digital yang dimulai sejak 2016 lalu.
Menurut Sarmuji, transformasi itu perlu dilakukan karena Perseroan saat itu mengalami pertumbuhan besar-besaran (supergrowth). Pertumbuhan itu terjadi setelah Waskita Karya memperoleh tugas dari pemerintah untuk menuntaskan pembangunan jalan tol, khususnya tol Trans Jawa.
“Digitalisasi dijadikan sebagai salah satu pilar karena keyakinan Waskita Karya bahwa digitalisasi ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” ujar Sarmuji dalam sesi acara sosialisasi BUMN di Blitar, Jawa Timur belum lama ini.
Sarmuji, menuturkan, dengan ditetapkannya digitalisasi sebagai salah satu pilar transformasi bisnis Waskita Karya, secara otomatis jumlah aplikasi yang dimanfaatkan perusahaan pun berkembang pesat.
“Dari aplikasi ERP dan dua aplikasi untuk line of business, sampai tahun 2022 ini, saya mendengar digitalisasi di Waskita Karya sudah menghasilkan total 26 aplikasi,” terangnya
Disebutkan, digitalisasi pada proses bisnis Waskita Karya yang terbagi dalam empat tahap: bidding/marketing, engineering, procurement, dan construction. Di proses bidding terdapat winning war room, dengan memanfaatkan aplikasi Welcome.
Aplikasi Welcome memuat seluruh data tentang pasar, tender yang diikuti, dan status tender. Melalui winning war room ini, tim marketing dapat berkolaborasi dengan divisi-divisi lain yang terkait proses tender untuk menyiapkan strateginya.
Di proses engineering, Waskita Karya memanfaatkan Virtual Desktop Infrastructure (VDI). Dengan VDI, perusahaan tidak perlu lagi menyediakan perangkat keras dengan spesifikasi tinggi dan harga mahal untuk aktivitas tim engineering.
Misalnya, perusahaan harus menyediakan laptop berspesifikasi tinggi untuk penggunaan aplikasi Building Information Modelling (BIM) oleh tim engineering yang bertugas di berbagai proyek Waskita Karya. Ketika perusahaan harus menggarap 100 proyek, bisa dibayangkan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembelian laptop.
Dengan memanfaatkan VDI, Waskita bisa mengurangi sehingga tinggal 20% (penggunaan perangkat laptop). Ini sangat mengurangi biaya. Dengan cloud-based design dan rendering process, tim engineering bisa melakukan tugasnya menggunakan laptop dengan spesifikasi yang lebih rendah.
Untuk kebutuhan procurement, Waskita Karya belum lama ini meluncurkan aplikasi e-procurement yang dinamai We-Proc. Aplikasi pengadaan ini mewadahi pembeli dan rekanan untuk melakukan pengadaan secara digital.
Dengan adanya aplikasi We-Proc, proses procurement kini bisa dilakukan secara tersentralisasi. Manfaat yang diraih, menurutnya, adalah skala dan harga yang relatif jauh lebih kompetitif dan compliance yang lebih baik dari sebelumnya.
Tak hanya berhenti di implementasi teknologi, Waskita Karya kini sedang berupaya untuk meraih gelar National Lighthouse. Sebagai informasi, National Lighthouse Industri 4.0 menjadi contoh dalam transformasi digital dan penerapan teknologi 4.0.
“Perusahaan-perusahaan ini dianggap layak menjadi role model bagi pelaku industri di sektornya serta dapat menjadi mitra dialog pemerintah dalam implementasi Industri 4.0 di Indonesia,”terang Sarmuji.