Siaranindonesia.com – Perjalanan hidup Umi Salamah (45 th) patut menjadi pelajaran. Wanita yang tinggal di Tanjunggedang, Kec. Pamenang, Kab. Merangin, Jambi ini merupakan sosok wanita pekerja keras yang memiliki keinginan kuat untuk maju. Setelah suaminya meninggal beberap tahun lalu, dia harus berjuang sendirian menghidupi ketiga anaknya.
Dalam kondisi yang serba terbatas, Umi berupaya untuk memberikan perhatian semaksimal mungkin kepada anak-anaknya. Terlebih anak pertama yang mengidap epilepsi sejak bayi, dan juga anak keduanya yang baru masuk Sekolah Dasar. Sedangkan anak ketiga yang masih balita mengalami gejala kekurangan gizi, karena Umi tak sanggup membeli susu.
Setiap hari Umi hanya mengandalkan pendapatan dari pekerjaannya sebagai buruh penyadap karet. Berapapun pendapatan yang dia terima, harus cukup untuk empat jiwa termasuk dirinya. Karena itu, sudah lama Umi ingin mencari pekerjaan lain yang memungkinkannya untuk mendapat penghasilan yang lebih baik.
Sejak dulu dia sangat ingin memiliki warung yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Dia ingin berjualan di rumah, agar tetap bisa memperhatikan ketiga anaknya. Namun keinginan itu sulit terlaksana karena Umi tak punya modal, meskipun hanya untuk sebuah warung yang sederhana. Cukup lama Umi memendam keinginan itu hingga akhirnya
ada tawaran dari ibu-ibu di sekitar rumahnya untuk bergabung dengan kelompok Mekaar. Tawaran itu sangat menarik dan Umi ingin segera bergabung.
Namun sayang keinginan Umi sempat terkendala. Sebagian anggota ada yang meragukan kedisiplinan Umi dalam membayar angsuran. Hal tersebut wajar mengingat kondisi ekonominya yang sangat sederhana. Kalau nanti sampai menunggak, tentu akan berdampak pada anggota lain, karena pembiayaan di PNM Mekaar menerapkan sistem tanggung renteng. Namun setelah melihat keinginan Umi yang sangat kuat, akhirnya semua anggota setuju.
Setelah menjadi anggota dan berlanjut pada pencairan pinjaman, Umi segera mewujudkan cita-citanya, yaitu membuka warung kecil-kecilan. Awalnya dia hanya menjual beberapa jenis jajanan untuk anak anak. Kemudian secara bertahap dia menambah barang dagangannya berupa produk sembako dan keperluan rumah tangga lainnya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, usahanya semakin berkembang. Setiap hari Umi fokus mengelola warung sambil mengurus anak-anaknya. Dia pun berupaya untuk mengatur keuangannya sebaik mungkin. Sebagian pendapatan dia gunakan untuk keperluan sehari-hari, sebagian lagi untuk biaya sekolah anak-anaknya, sebagian lagi diputar untuk modal dan juga untuk membayar angsuran ke PNM Mekaar.
Sejak memiliki warung sendiri, Umi tampak selalu bersemangat. Dia sangat bangga dengan usahanya yang sudah menampakkan hasil. Dia juga tak pernah absen menghadiri pertemuan mingguan di kelompok Mekaar. Berkat dukungan PNM Mekaar, kesejahteraan Umi menjadi lebih baik dari sebelumnya. (AAJ/Erica Saputri)