Siaranindonesia.com – Ibu Nel, itulah panggilan akrab Nelmawati (57 th), ibu dari empat anak yang tinggal di Desa Pasir Nan Tigo, Padang. Hampir setiap hari beliau pergi ke pantai bersama suaminya, Muslim. Mereka mencari ikan bada, hasil tangkapan nelayan di desa itu. Ikan itu akan dibuat palai, sejenis pepes khas daerah ini. Proses pembuatannya mirip pepes biasa dimana ikan bada dibungkus menggunakan daun pisang kemudian dibakar hingga masak.
Sudah cukup lama Nel menekuni usaha ini. Setiap hari dia bersama suaminya selalu sibuk, mulai dari mencari ikan segar untuk bahan baku pembuatan palai, hingga pemasaran. Pembuatan pala membutuhkan waktu cukup lama, mulai dari pembersihan ikan, pengadukan bumbu, dan pembakaran. Proses pembakaran juga membutuhkan teknik tersendiri, yang dilakukan di atas bara api dengan panas yang sedang, agar kematangannya merata.
Nel melakukan pemasaran langsung dengan mengelilingi kampung menawarkan palai buatannya Sebagian dari produk itu dia jual di rumah-rumah makan d sekitarnya. Harga jualnya relatif murah, rata-rata Rp 2.500, per bungkus untuk ukuran kecil, dan Rp 5.000,- untuk ukuran besar.
Semua tahapan pekerjaan itu dilakukan Nel dengan rasa senang demi impiannya untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Dia menyadari bahwa hasil yang dia peroleh dari usaha ini tidak terlalu besar karena memang modalnya terbatas. Dia tak memiliki modal yang cukup untuk membeli ikan bada dalam jumlah banyak.
Namun tanpa diduga dia mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan PNM Mekaar yang akan memberikan pembinaan usaha sekaligus permodalan. Setelah mendapat penjelasan, akhirnya Nel bergabung dalam sebuah kelompok untuk kemudian mengikuti pertemuan rutin. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Nel dan anggota kelompoknya mendapatkan pinjaman modal masing-masing Rp 2 juta.
Dukungan permodalan itu telah mampu menumbuhkan harapan Nel untuk bisa meraih pendapatan yang lebih besar. Dana tersebut langsung dia manfaatkan untuk membeli bahan baku sehingga palai yang dia hasilkan bisa lebih banyak. Kalau sebelumnya dia hanya membuat 50 bungkus per Thari, maka sejak penambahan modal itu dia mampu membuat 300 bungkus bahkan lebih.
Dalam hal penjualan pun dia sudah tak lagi berkeliling kampung. Karena produknya sudah dikenal, banyak konsumen yang datang langsung ke rumahnya, Pendapatannya pun jauh lebih besar dari sebelumnya.
Berkat dukungan PNM Mekaar, kehidupan Nelmawati dan keluarganya mulai berubah. Tak sampai setahun sejak bergabung dengan PNM Mekaar, kesejahteraan keluarganya sudah jauh meningkat, dimana dalam sehari dia mampu meraih pendapatan hingga Rp 800 ribu.
Dari usaha ini Nel bisa membiayai pendidikan keempat anaknya hingga ke perguruan tinggi. Tahun ini (2018) dia menyaksikan wisuda anak bungsunya di sebuah perguruan tinggi di Padang.
Dalam usianya yang sudah semakin lanjut, Nel masih tetap bersemangat dalam berusaha. Tak ubahnya palai bada, kuliner khas yang selalu membangkitkan selera para penggemarnya. (AAJ/Desi Isra MS).