Ketua Asosiasi Santri Pecinta Bola (ASPB) Gus Mat meminta agar PSSI jangan menari diatas ratusan nyawa. Ia pun memaksa PSSI agar menghentikan semua kompetisi bola di seluruh Indonesia selama seribu hari. Hal tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada ratusan nyawa yang terlihat seperti korban “pembantaian” di Kajuruhan, Malang pada 01 Oktober 2022.
Selain itu, ASPB pun mendesak FIFA agar seluruh pertandingan liga Indonesia dibekukan selama 8 tahun, hingga Indonesia benar-benar siap baik dalam aspek kualitas kader, manajerial, aparat, dan suporter, dan lainnya. Serta mendesak keanggotaan Indonesia di FIFA agar dicabut. Juga Piala Dunia U-20 di Indonesia agar dibatalkan, serta timnas Indonesia agar dilarang main di Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-20. Sekaligus kompetisi liga Indonesia agar tanpa penonton selama 10 tahun.
“Tidak ada toleransi atas ratusan nyawa. Kita harus menghukum diri kita sendiri sebagai komitmen solidaris pecinta bola nusantara unruk arwah mereka,” tegas Gus Mat.
Ditegaskan, kemudian, apabila PSSI tidak menghentikan semua kompetisi bola selama 1000 hari di Indonesia, seakan menggambarkan PSSI tidak memiliki nilai kemanusiaan, terkesan tidak peduli dengan ratusan nyawa manusia, seakan PSSI ingin menari diatas ratusan nyawa. Dikatakan, fokus PSSI saat ini bertanggungjawab dengan ratusan nyawa manusia yang begitu mengerikan, sembari melakukan evaluasi menyeluruh.
“Bentuk penghormatan atas ratusan nyawa yang sangat mengerikan, PSSI wajib menghentikan semua kompetisi bola selama 1000 hari. Kecuali PSSI ingin menari diatas ratusan nyawa, itu akan sangat memprihatinkan,” tegas Gus Mat, Minggu (02/10/2022).
ASPB pun berharap, sebagai bentuk tanggungjawab kemanusiaan, pengurus PSSI sudah seharusnya mengundurkan diri, kecuali mereka masa bodoh dengan peristiwa di Malang yang seakan seperti pembantaian ratusan jiwa. Lebih dari itu, ASPB mengatakan, musti ada jerat hukum bagi panitia penyelenggara, aparat yang diluar SOP dari FIFA, dan suporter yang anarkis, serta pihak-pihak yang bertanggungjawab lainnya.
Ditegaskan lagi, jika tidak ada yang masuk penjara dalam tewasnya 170an manusia tersebut, terkesan pemerintah Indonesia itu barbar, tidak peduli dengan ratusan nyawa manusia. Dikatakan, bahwa peristiwa mengerikan atas jatuhnya ratusan nyawa manusia terlihat seperti pembantaian masal.