Manokwari – Satu gebrakan baru terkait inovasi konservasi Hiu Belimbing oleh Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Papua Barat bekerja sama dengan para mitra dari konsorsium Project StAR untuk upaya pemulihan populasi Hiu Belimbing di perairan Kepulauan Raja Ampat mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Telur-telur yang sedang dalam proses pemeliharaan di tempat penetasan lokal yang selanjutnya akan dilepasliarkan di Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat untuk meningkatkan populasi asli yang hampir punah sebagai bagian dari upaya global untuk pelestarian spesies tersebut ternyata berhasil.
Telur-telur tersebut sebelumnya dirawat dalam akuarium penangkaran di luar negeri sebagai bagian dari upaya kolektif secara global yang merupakan inisiatif pertama di dunia, dan telah dikoordinasikan secara intensif dengan berbagai pemangku kepentingan di tingkat nasional dan provinsi, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Upaya ini didukung oleh ReShark, sebuah upaya konservasi internasional yang beranggotakan lebih dari 60 institusi akademik, kebun binatang dan akuarium, lembaga nirlaba, dan lembaga pemerintah untuk memulihkan spesies hiu dan pari di seluruh dunia.
Koordinator lapangan Tim Pokja StAR Project, Nesha Ichida menyampaikan kabar baik dari hatchery di Pulau Kri, Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat pada hari Sabtu, 17 September 2022, dua anakan hiu belimbing telah berhasil menetas dari kantung telur. Kedua anakan hiu belimbing sangat sehat dan sudah langsung makan pakan yang disediakan yaitu cumi dan rebung.
Karena biasanya menurut pakar akuarium dari luar negeri, sebulan pertama setelah menetas adalah bulan paling kritikal untuk perkembangan anakan hiu dan sering susah untuk dikasih makan. Jadi kedua anakan sudah ada tanda perkembangan yang sangat baik.
“Kemarin saya sudah mengecek sendiri kondisi anakan hiu, keduanya diidentifikasi sejauh ini sebagai betina tapi karena clasper (organ reproduksi jantan) kadang masih terlalu kecil untuk terlihat pada anakan yang baru beberapa hari umurnya, saya akan klarifikasi lagu dalam beberapa hari kedepan,” jelas Nesha.
Lebih lanjut Tim Pokja StAR Project, Nesha Ichida menyampaikan bahwa ukuran panjang hiu pertama dari telur yang menetas Sabtu pagi adalah 32 cm dengan berat 101 g, dan hiu yang kedua dari telur yang menetas Sabtu malam dengan ukuran 30.5 cm dan berat 97 g.
Progress saat ini sangat baik, anakan yang lain akan mulai menetas pada beberapa minggu kedepan. Kedua telur yang menetas ini, kantung telur anakan ini “ditelurkan” oleh betinanya pada hari yang sama, sekitar 24 April, sedangkan yang lain di bulan Mei, sehingga menunggu proses untuk telur yang lainnya menetas.
“Saya ingin mengucapkan selamat untuk semua rekan-rekan pokja dan tentunya kepada ketua pokja kita Prof. Dr. Charlie D. Heatubun, S.Hut, M.Si yang telah menerobos dalam melaksanakan program pertama di dunia dan kami yakin program ini akan sukses dalam mengembalikan populasi hiu belimbing di Raja Ampat serta dapat memberi informasi dan menjadi model bagi dunia dalam mengembalikan populasi hiu belimbing.” tutup koordinator lapangan Tim Pokja StAR Project (LB).