Hewan Juga Ingin Bahagia!
Penulis : Elsa Al Anis
Semua manusia di muka bumi ini pantas bahagia. Lantas apakah hanya manusia yang pantas hidup bahagia? Bagaimana dengan makhluk hidup lain yang berdampingan dengan kita? Kucing, ayam, anjing, bahkan semut yang kecil pun pantas bahagia.
Baru-baru ini media sosial digemparkan dengan ular King Kobra yang mengamuk di salah satu kantor ekspedisi di Cirebon. Ular tersebut panik dan marah lantaran dipaketkan oleh pemiliknya tanpa menggunakan kandang yang layak. Ular hanya dimasukkan kedalam karung dan dibungkus dengan kardus yang sangat kecil.
Kasus serupa juga terjadi pada seekor ayam hidup yang dipaketkan hanya menggunakan plastik bertempelkan stiker COD. Saat ditemukan petugas ekspedisi, kepala ayam ini sudah keluar dari plastik. Tubuhnya lemas, matanya menutup dan terbaring lesu tak berdaya diantara tumpukan paket lain. Diduga ayam kelaparan dan berdesakkan dengan paket lainnya.
Pengiriman barang menggunakan jasa ekspedisi sangat diandalkan masyarakat. Beberapa ekspedisi pun menyiapkan layanan khusus hewan agar hewan dapat selamat sampai tujuan. Namun masih ada saja manusia yang tega mengirimkan hewan menggunakan ekspedisi untuk barang, apalagi hanya dikemas ala kadarnya. Hewan akan tersiksa dengan minimnya udara, sempit, dan berdesakan dengan paket barang yang lain. Belum lagi lamanya pengiriman akan membuat hewan kelaparan dan kehausan.
Sungguh tidak berperi kehewanan.
Selain ramainya kasus pengiriman hewan, sosial media juga memperbincangkan tudingan eksploitasi hewan pada acara Summer in Jungle di Mall Pesona Square. Tudingan tersebut dilontarkan lantaran monyet yang naik ke atas panggung mengenakan baju dan rantai, sehingga dianggap ada aktraksi topeng monyet dalam kegiatan tersebut.
Atraksi topeng monyet bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat menganggap hal ini sebagai hiburan dan budaya. Namun sebagian juga menganggap atraksi topeng monyet merupakan kegiatan menyiksa hewan dan melanggar hukum. Saat ini pemerintah telah melarang atraksi topeng monyet dengan alasan kesejahteraan satwa dan etika.
Monyet dipaksa bekerja, dikurung dalam kandang sempit, diberi makan seadanya, dan kebanyakan monyet tidak mendapatkan vaksin. Hal ini dapat membuat monyet stress dan rentan terpapar penyakit. Monyet dapat menyebarkan virus tuberkolusis ke manusia, terlebih penonton atraksi topeng monyet didominasi oleh anak-anak. Tak jarang juga monyet mendapat penyiksaan, dipecut, diikat, dibiarkan kehujanan dan kepanasan, bahkan tidak diberi makan.
Seharusnya monyet dapat hidup bebas dan mendapat vaksinasi agar tidak terpapar dan menularkan penyakit.
Kita sebagai manusia yang diberi kelebihan berupa akal tidak sepantasnya merenggut kebahagian dan hak makhluk hidup lain. Seringkali kita melihat hewan disekitar kita diacuhkan dan siksa. Sebagai contoh ada kucing yg tiba-tiba ditendang secara sengaja, dimainkan anak-anak bagai boneka, atau peliharaan yang tak diberi makan dan dibiarkan begitu saja tanpa perawatan. Ada juga eksploitasi hewan berkedok budaya dan hiburan lainnya, seperti sabung ayam, adu bagong,
atraksi sirkus hewan, dan delman.
Maraknya penyiksaan hewan menandakan belum sadarnya masyarakat terhadap kesejahteraan hewan. Belum adanya standar kesejahteraan hewan di Indonesia juga menjadi penyebabnya. Dibutuhkan edukasi mengenai hak-hak kehewanan agar hal ini tak terjadi.
Hewan punya hak untuk bahagia. Punya hak untuk hidup bebas. Punya hak untuk sejahtera. Sayangi dan lindungi mereka.