Bandung – CANCEL CURTURE lahir sebagai bentuk demokrasi media sosial yang semakin kritis pada isu-isu sosial. Seperti pedang bermata dua, cancel culture dapat berfungsi sebagai alat keadilan sosial sekaligus senjata intimidasi massal.
Beberapa tahun terakhir ini, istilah “CANCEL CULTURE” semakin lazim kita lihat di berbagai media sosial khususnya di Twitter. Secara sederhana, cancel culture merujuk pada gagasan untuk “membatalkan” seseorang dengan arti memboikot atau menghilangkan pengaruh orang tersebut baik di media sosial maupun nyata.
Pola yang biasanya dilakukan seperti ini, seorang public figure melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap serangan atau problematik kemudian publik merespon di media sosial dengan efek bola salju makin banyak makin membesar sampai akhirnya ada yang menyalurkan si public figure pantas “DI-CANCEL” yang bisa diartikan ajakan untuk mematikan karier maupun pengaruh public figure, baik dengan cara memboikot karyanya atau bahkan meminta hukuman atau pertanggung jawaban yang lebih tegas dari industi, kantor, dan istitusi lain yang berkaitan dengannya. Berikut adalah beberapa hal yang harus di ketahui lebih dalam tentang CANCEL CULTURE itu sendiri.
By: Alexander Kusumapradja 12/6/2020 cancel culture lahir sebagai bentuk demokrasi media sosial yang semakin kritis pada isu-isu sosial. Seperti pedang bermata dua, cancel culture dapat berfungsi sebagai alat intimidasi massal.
Dari mana istilah “CANCEL CULTURE” muncul ? untuk mengetahui soal cancel culture, kita mungkin harus mengetahui asal muasal dari istilah itu sendiri. Walaupun sering dipakai untuk melawan perbuatan yang dianggap seksis dan rasis, ironisnya Aja Romando dalam artikelnya untuk menjelaskan bahwa konsep “CANCELLING” ini akarnya justru dari candaan misoginis. Ia menulis, mungkin referensi pertama untuk istilah meng-cancel seseorang berasal dari film tahun 1991 berjudul “NEW JACK CITY” dimana Wesley Snipes bermain sebagai seorang gengster bernama Nino Brown. Di satu adegan setelah kekasihnya menangis karena semua kekerasan yang disebabkan olehnya, Nino mencampakkan pacarnya dengan berkata “cancel that bitch. I’ll buy another one.” Melompat ketahun 2010, Rapper Lil Wayne kemudian memasukan referensi adegan tersebut ke lagunya yang berjudul “SINGLE” dengan lirik : “Yea I’m single make her have to cancel dat bitch like nino.” Namun menurut Aja istilah “CANCEL” baru banyak dipakai setelah salah satu episode reality show vh1 berjudul LOVE AND HIP-HOP: New York yang tayang Desember 2014 menampilkan aegan salah satu bintangnya Cisco Rosado berteriak pada gadis incarannya “you’re canceled” setelah mereka bertengkar.
Semenjak itu pemakaian isilah cancel culture menjadi populer dipakai oleh kaum kulit hitam di twitter yang awalnya dipakai sebagai becandaan namun akhirnya menjadi serius ketika istilah ini diarahkan pada public figure yang dianggap problematik.
Siapa saja yang bisa kena “CANCEL” ? umumnya, seseorang kena cancel karena perbuatan atau perkataan yang berkaitan dengan seksual dan sara (suku, agama, ras, antar golongan) namun bisa juga akibat perseturuan antara public figure yang melibatkan penggemar mereka. Daftar punlic figure yang pernah mersakan cancel culture sudah banyak sekali, namun yang baru-baru ini terjadi contohnya adalah Lea Michele yang dituduh rasis oleh bekas lawan mainnya di Glee, J.K. Rowling yang di tuduh transfobik dan problematik oleh para penggemar Harry Potter, dan juga Suga BTS yang salah satu lagu solonya mengandung bagian kontroversial. Dalam perkembangannya, cancel culture pun tak hanya bisa menimpa sosok orang terkenal seperti public figure dan sosial media influencer saja, tapi juga bisa terjadi pada siapapun di internet termasuk kamu, meskipun skalanya tentu berbeda beda, “ah, tapi kan saya tidak pernah berbuat atau berkomentar yang aneh-aneh,” pikirmu.
Tunggu dulu, ya mungkin sekarang kamu sudah lebih bijaksana dan bisa bisa menahan diri, namun bagaimana dengan tweet atau postinganmu ari lima tahun lalu misalnya ? yapsss, tak jarang ada saja orang yang berusaha mencari alasan untuk meng-cancel seseorang dengan mengorek “dosa masa lalu” yang masih menjadi jejak digital orang tersebut dari beberapa tahun lalu berupa foto, video, atau tweet seperti yang pernah dialami oleh Ardhito Pramono yang sempat dicap rasis dan homofobik ketika cuitan lamanya saat masih tinggal di Aussie diangkat ke permukaan. Ardhito sampai harus membuat video klarifikasi untuk soal itu lho, namun tetap saja masih ada orang yang ilfeel dan meng-cancel dirinya gara-gara msalah tersebut.
Penulis : Arfi Yasin
Sumber :
By: Alexander Kusumapradja 12/6/2020
Film tahun 1991 berjudul “NEW JACK CITY”
Invasion Theory 2020