Oleh: Mursalim
Aristoteles menyebutkan bahwa manusia adalah Zoon Politicon atau binatang yang berpolitik. Artinya manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus hidup berdampingan untuk memenuhi kebutuhan dan hasratnya sebagai manusia. Hidup saling ketergantungan tersebutlah yang melahirkan asas kesamaan tujuan hidup. Kesamaan tujuan tersebut tidak bisa dibentuk oleh 1 atau 2 orang manusia, namun oleh banyak manusia agar tujuan tersebut semakin kokoh. Kenyataannya bahwa kemerdekaan suatu negara lahir disebabkan kesamaan tujuan manusia diwilayahnya yang ingin hidup bebas tanpa adanya campur tangan oleh pihak lain. Dalam mempertahankan kemerdekaan wilayah tersebut setiap manusia membangun relasi politik. Dalam hal ini partisipasi politik setiap masyarakat sangat penting bagi keberlangsungan sebuah negara. Proses politik yang dikemukakan David Easton dikenal dengan sebagai teori sistem. Menurut Easton ada yang dinamakan sebuah Input dan Output dari sistem yang tercermin dalam keputusan disebut Output dan proses pembuatannya disebut Input dalam sistem politik. Sistem ini sangat cocok diterapkan dinegara demokrasi seperti Indonesia, setiap kebijakan (Output) dilahirkan dari tuntutan dan dukungan dari masyarakat (Input). Oleh karena itu, sistem ini menuntut seluruh elemen yang ada di negara melibatkan diri demi sebuah tujuan yang ingin dikehendaki.
Setiap manusia sejak lahir sudah memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan. Begitu juga hak untuk berpolitik. Di Indonesia hak berpolitik dilindungi oleh Konstitusi yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat 3 Menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”. Pentingnya partisipasi politik untuk negara adalah untuk mengawal dan memberi masukan kepada wakil rakyat yang ada dipemerintahan agar negara yang dipimpin oleh elit bisa menghasilkan produk kebijakan yang baik buat masyarakat serta memajukan negara. Menurut Herbert McClosky berpendapat bahwa Partisipasi Politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga negara masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Partisipasi politik sangat berkaitan erat dengan perilaku politik. Banyak masyarakat menyampaikan aspirasi dengan gaya dan karakter yang berbeda. Ada yang secara sopan santun bbahkan ada yang frontal dan langsung menekan elit politik. Sejalan dengan ini, Surbakti mengemukakan bahwa perilaku politik adalah sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan keputusan politik. Oleh karena itu pendidikan politik sangat diperlukan dan harus dilaksanakan setiap tahunnya untuk pemahaman warga negara secara keseluruhan. Sekarang ini, banyak anak muda (kaum millenial) mengekspresikan gaya partisipasi politik yang begitu unik. Ada yang melalui media sosial, kritik tulisan, aksi di jalanan ataupun terjun langsung ke dunia politik. Namun tidak dipungkiri juga masih banyak kaum millenial yang masih apatis terhadap negara. Kaum millenial (anak muda) sangat diperhitungkan dalam kampanye politik. Berdasarkan Pengamat Politik Voxpop Center Pangi S Chaniago menerangkang, jumlah Pemilih Pemilu 2019 dari kalangan mienial sekitar 40 persen. Saat ini, banyak calon yang mendekati aktor millenial yang berpengaruh demi meraup suara millenial.
Berdasarkan Undang-Undang Kepemudaan No. 40 tahun 2009 pasal 1 menyebutkan “Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun”. Pemilih muda ini dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam pemilu, antusias kelompok ini cukup tinggi dan mayoritas kelompok ini ingin memberikan suaranya pada setiap pemilu yang ada. Kaum Millenial sangat identik dengan media sosial. Peran media digunakan untuk bertukar informasi, baik itu bersifat privacy, umum bahkan berita yang tidak benarr. Berita bohong (Hoax) dinilai sangat efektif untuk mempengaruhi masyarakat. Berita Hoax berguna untuk membangun opini masyarakat bahwa apa yang dilakukan oleh calon tersebut benar adanya. Hoax ditujukan kepada masyarakat rendah pendidikan dan kaum millenial. Kaum millenial dinilai sangat efektif dalam penggiringan opini. Apalagi mereka yang aktif di media sosial berita-bertita tersebut akan sangat mudah disebarkan kepada sesama pengguna media sosial terutama kepada teman dekat pengguna media sosial. Kaum millenial yang masih minim dengan pengalaman dalam berpartisipasi politik, tentunya sangat mudah dijadikan alat politik untuk memperoleh keuntungan disuatu pihak. Prihal yang harus diperhatikan adalah Mereka yang berada dilingkungan dengan angka Golongan Putih (GolPut) yang tinggi. Mereka akan mudah terpengaruh untuk menjadi golongan Mereka. Lebih bahayanya lagi, Mereka yang mudah digiring untuk memilih salah satu calon yang dilihat masih minim pengalaman dan kurang mumpuni sebagai wakil rakyat.
Pembahasan
Pentingnya Pendidikan Politik untuk Millenial
Sekarang ini pemerintah pusat maupun daerah sangat gencar melakukan sosialisasi politik yang berguuna untuk menekan angka GolPut. Hal ini dikarenakan masih besarnya angka golput di Indonesia yang mencapai 29,8 % di tahun 2014. Dalam negara demokrasi, peran masyarakat dalam memberikan tuntutan dan dukungan sangat diperlukan demi kelancaran sebuah kebijakan yang akan direalisasikan. Banyak masyarakat yang mengaggap bahwa GolPut adalah pilihan, namun itu adalah persepsi yang keliru. Apalagi yang menganggap semua calon sama saja, itu merupakan hal yang salah. Saat ini sudah banyak pemimpin yang mampu mengelola daerahnya dengan baik. Bahkan dengan kita memilih calon eksekutif maupun legislatif yang mumpuni, akan selalu muncul ide-ide kreatif dari setiap mereka untuk membangun daerah maupun negaranya.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, elit maupun masyarakat harus saling bekerja sama agar negara semakin kokoh dan mudah menggapai visi yang sudah ditetapkan. Sehingga tidak ada kata apatis di negara demokrasi. Elit politik yang sudah banyak menggauli dunia perpolitikan harus selalu aktif memberi pemahaman kepada masyarakat. Kaum millenial sangat rentan dengan angka GolPut. Sikap mereka yang sudah merasa kecewa dengan pemimpin-pemimpinnya membuat mereka enggan mengikuti proses pemilihan. Bahkan banyak yang dari mereka yang hanya antusias mengkritik pemerintah melalui media sosial. Bahkan banyak dari Mereka memanfaatkan media sosial hanya untuk menghina calon tanpa memberikan sumbangan ide yang baik untuk negeri ini. Salah satu upaya pemerintah dalam penekanan angka GolPut dengan menjalankan program Pendidikan Politik. Dengan adanya Pendidikan Politik, kaum millenial akan mempunyai pengetahuan politik yang akan membangkitkan partisipasi politik pada tingkat tertentu. Mereka juga secara tidak langsung akan bisa mempengaruhi temannya untuk turut serta dalam berdemokrasi.
Pentingnya pendidikan politik bagi kalangan millenial berguna untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terutama kaum millenial. Dalam hal ini, Mereka bukan turut aktif dalam pemilu, namun mampu memberikan tuntutan dan dukungan kepada pemerintah demi lahirnya kebijakan yang tepat sasaran. Bukan hanya itu saja, dengan adanya pelaksanaan pendidikan politik untuk millenial akan paham antara hak dan kewajiban sebagai warga negara. Sejalan dengan yang diutarakan oleh Alfian yang menyatakan bahwa pendidikan politik diartikan sebagai usaha yang sadar dan terencana untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik ideal yang hendak mereka bangun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 tahun 2010 tentang Pedoman Fasilitasi Penyelenggaraan Pendidikan Politik Pasal 3 tentang Sasaran fasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik untuk:
- Meningkatnya kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- meningkatnya kemandirian, kedewasaan, dan pencapaian prestasi dalam penyelenggaraan kehidupan politik dan kenegaraan.
- Berkembangnya karakter bangsa yang selaras dengan budaya dan sejarah bangsa.
Selain itu juga dengan adanya pendidikan politik yang masif dari pemerintah daerah maupun pusat, mampu menekan prilaku politik yang menyimpang dari generasi millenial. Ruslan memaknai pendidikan politik sebagai upaya-upaya yang dicurahkan oleh lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang berusaha membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik yang sejalan dengan kultur politik orang-orang yang bergerak di lembaga-lembaga tersebut pada setiap warga negara, membentuk dan menumbuhkan kesadaran politik dengan segala tingkatannya, yang warga negara menjadi sadar dan mampu memperoleh sendiri kesadarannya, membentuk dan menumbuhkan kemampuan partisipasi politik secara aktif, dalam ikut memecahkan persoalan-persoalan umum masyarakatnya dengan segala bentuk partisipasi yang memungkinkan dan yang mengantarkan kepada perubahan menuju yang lebih baik.
Pendidikan politik sangat ampuh untuk kaum millenial dalam memberikan pengertian supaya mereka memahami nilai-nilai dan paham akan fenomena perpolitikan di negeri ini. Selain berguna penekanan angka GolPut, pendidikan politik mampu membentuk karakter generasi muda yang utuh, berketerampilan, serta sadar akan perannya sebagai warga negara. Brownhill menyatakan bahwa proses pencapaian tujuan pendidikan politik tersebut tidak dapat dilihat secara langsung, namun memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan karena pendidikan politik berhubungan dengan aspek sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu gerakan pendidikan politik yang dijalankan oleh pemerintah harus masif dengan cara diprogramkan setiap tahunnya. Di tahun 2020, suara millenial sangat menentukan masa depan masyarakat, bangsa, dan negara, karena akan diselenggarakan Pemiluka serentak untuk menentukan siapa pemimpinnya yang nanti akan mempimpin selama lima tahun kedepan. Satu suara tentunya sangat berharga dalam penentuan masa depa daerah. Saat ini, banyak fenomena-fenomena yang dialami oleh kaum millenial. Mereka lebih suka hidup yang hedonis ketimbang ikut campur dengan urusan pemerintah. Mereka juga banyak yang muak dengan perdebatan-perdebatan yang ada di televisi yang dinilai kurang memberikan pembelajaran bagi mereka. Mereka juga lebih suka menghabiskan waktu untuk berkumpul, belanja maupun liburan ketika akhir minggu.
Industri dunia hiburan menjadikan kaum Millenial terlena dengan permasalahan di negeri ini, banyak yang dari mereka menghabiskan waktu dan uangnya untuk berburu surga dunia ketimbang membeli buku dan berdiskusi untuk memecahkan sebuah permasalahan. Banyak pihak swasta memberikan fasilitas hiburan dengan harga yang terjangkau untuk dinikmati sepuasnya. Hal ini dilakukan untuk menghipnotis kaum millenial agar tidak memikirkan fenomena-fenomena yang terjadi dinegara ini. Untuk mencegah terlenanya kaum millenial dalam dunia yang hedonis. Pemerintah harus mampu memanfaat lembaga yang ada untuk menjalankan program pendidikan politik. Jika fenomena ini terus dibiarkan kaum millenial akan menjadi apatis dan tidak peduli dengan nasib bangsa. ***